JAKARTA, SUARAFLORES.NET,–Empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT diharapkan menampilkan perdebatan yang panas dalam debat kedua yang akan diadakan 8 Mei 2018 mendatang.
Warga NTT berharap, dalam debat cagub kedua, para calon harus menampilkan perdebatan bukan hanya tampil dingin-dingan saja. Saat perdebatan, para calon harus mampu beradu argumen terkait program-program yang akan dilaksanakan agar rakyat NTT mengetahui betul kemampuan dan keseriusan mereka dalam membangun NTT.
Pemerhati politik dan hukum NTT, Paskalis da Cunha, SH mengaku, setelah mengikuti debat pertama pada, Kamis, 5 April 2018 lalu di Studio Inews TV, Kabon Jeruk, Jakarta Barat, ia menilai apa yang ditampilkan oleh empat pasangan calon ( Ir. Esthon Foenay-Christian Rotok, Marianus Sae-Emilia Nomleni, Benni Kabur Harman-Benni Litelnoni dan Viktor Laiskodat- Josep Nae Soi) bukanlah sebuah debat kandidat tetapi pemaparan visi misi dan program kerja. Untuk itu, Paskalis memberikan evaluasi agar segera diperbaiki.
“Saat itu, para calon hanya memperkenalkan diri, menyampaikan visi misi dan programnya. Mereka tidak sedikit pun memperlihatkan perdebatan seru yang saling mengkritisi dan saling adu argumen mempertahankan konsep programnya masing-masing di hadapan publik. Situasi ini tidak menggambarkan debat yang sesungguhnya. Harus segera diperbaiki,” tegas Paskalis da Cunha, SH, yang juga Direktur dan Pemilik Kantor Advokat Law Office Paskalis,SH & Partners di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/4/2018).
Seharusnya, kata Paskalis, melalui media televisi Inews, para calon harus saling mempertanyakan dan saling menguji program mereka dengan argumentasi-argumentasi yang logis dan obyektif. Dia meminta pada debat kedua dan ketiga harus lebih tajam karena ini momentum bagi rakyat NTT untuk mengetahui secara terbuka seperti apa kualitas dan kemampuan para calon.
Untuk menampilkan perdebatan yang seru, pinta Paskalis, host (moderator) harus mempunyai pemahaman tentang NTT, memiliki kemampuan mengelola dan mengendalikan situasi, serta menukik tajam pada tema yang disajikan KPUD NTT dengan pertanyaan yang kritis.
“Debat menjadi panas dan berkualitas tergantung pula pada moderatornya. Sebagai pemandu debat, moderator sangat berperan penting. Oleh karena itu, pada debat kedua, KPUD NTT harus mengevaluasinya, agar acara debat benar-benar menjadi perdebatan.
Baca juga: Tinggalkan Gerindra, Harry Ajo Fokus Jadi Petani Tak Bermerek
Lebih lanjut, Paskalis juga mengkriitisi Inews TV yang dinilai tidak komit dengan kesepakatan awal terkait waktu atau durasi debat. Pasalnya, sesuai informasi awal ketika gladi, waktu atau durasi bagi setiap pasangan adalah tiga (3) menit. Namun, saat acara dimulai setiap calon hanya diberikan kesempatan dua (2) menit untuk menjawab pertanyaan moderator dan menanggapi pasangan lainnya. Hal ini merugikan pasangan calon karena mereka kehilangan satu (1) menit.
Ditambahkannya, saat debat kedua akan datang, Inews TV juga harus memastikan siaran debat harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat NTT di pelosok-pelosok desa. Pasalnya, pada debat pertama, ada begitu banyak keluhan warga karena tidak dapat menonton debat karena televisi mereka tidak dapat menangkap saluran Inews TV. Untuk itu, dia berharap, KPUD NTT dan pihak Inews TV harus segera berkoordinasi agar pada debat kedua dapat disaksikan oleh seluruh warga NTT.
Sementara itu, menurut politisi Partai Golkar, Ir. Fransiskus Honing Sanny, debat yang digelar Inews Tv dan KPUD NTT sudah berjalan baik. Dia berharap, acara debat kedua harus lebih baik lagi dengan menghadirkan massa pendukung calon lebih banyak agar lebih ramai.
“Secara prinsip, debat pertama sudah berjalan dengan baik. KPUD NTT dan Inews TV sebagai penyelenggara sudah melaksanakan dengan baik. Saya berharap pada debat kedua harus lebih baik lagi. KPUD harus menghadirkan massa pendukung setiap calon lebih banyak lagi agar acara debat bisa lebih ramai lagi,” pintanya. (bkr/sft)