
SUARAFLORES.NET,–Di pusaran politik PDIP NTT, nama Yuliana Rusmina, perempuan kelahiran Maumere, 27 Juli 1961 ini sudah sangat berurat-akar. Ia adalah satu-satunya perempuan dari Kabupaten Sikka yang berani berpolitik. Ia juga adalah politisi yang berani pasang dada dalam berjuang memenangkan PDIP di NTT.
Sejak menamatkan pendidikan dasar dan menengah di SDK Apinggoot Kewapante, SMP Tampil dan SMA PGRI Maumere, Yuliana meraih gelar sarjana hukum (SH) di Universitas Undana Kupang. Dan setelah aktif dalam berbagai kegiatan perempuan, ia kemudian menjadi anggota DPD PDIP NTT tahun 2000 dan mengikuti Sekolah Guru Kader Pertama di Bali, satu angkatan dengan Herman Hery dan Ray Fernandez.
Yuliana tercatat sebagai salah satu politisi perempuan PDIP NTT yang sangat tegar nan sabar dalam politik. Sejak bergabung dengan PDIP pada tahun 2000 hingga saat ini (2019), ia tercatat 4 kali menjadi Caleg PDIP. Tiga kali gagal, tidak membuatnya putus asah dalam berjuang. Kali keempat ini, ia bertekad lolos ke DPRD NTT mewakili seluruh perempuan di Dapil 5 (Sikka, Ende, Ngada dan Nagekeo).
Sarjana hukum yang tidak mau menjadi pegawai negeri sipil (PNS) ini, merasa dengan masuk ke dunia politik (partai politik), ia dapat turut berjuang bagi kepentingan banyak orang, terutama kaum perempuan, sekaligus mengangkat harkat dan martabat perempuan yang selalu dinilai rendah dan tak mampu. Oleh karena itu, baginya, perempuan tidak boleh takut masuk ke dunia politik.
Menurutnya, masalah perempuan itu sangat kompleks.Hal ini yang mendorongnya terjun ke partai agar dapat berjuang melalui partai membela hak-hak perempuan di bidang kesehatan dan pendidikan. Mengapa penting seorang perempuan harus berpendidikan dan sehat?Karena tanpa kesehatan orang tidak bisa berbuat apa-apa, tanpa pendidikan yang baik seorang ibu tidak bisa mendidik anak-anaknya dengan baik.
Menurutnya, urusan kesehatan bukan hanya urusan dokter atau dinas kesehatan. Berdasarkan pengalamannya, ketika bersama Lusia Lebu Raya (istri Ketua DPD PDIP NTT, Frans Lebu Raya) mengurusi PKK, banyak hal yang ia dapatkan. “Bagi saya kalau perempuan sadar akan hidup sehat negara kuat. Karena kalau perempuan sehat akan menghasilkan anak-anak yang sehat. Demikian juga pendidikan,, kalau seorang ibu memiliki pendidikan lebih baik, maka ia juga mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Oleh karena itu, sangat penting anak-anak perempuan kita harus berpendidikan dengan baik,” kata ibu dari Rickardus Wawo S.Fil, Mario Krisantus Wawo, S.Sos. Maria Susana Eting, S.Pd, dan Theresa Pricillia ini.
Yuliana mengungkapkan bahwa saat masih terjadi ketidakadilan terhadap perempuan di bidang politik, di mana perempuan hanya diberi kuota 30 persen dalam setiap musim caleg, baik di DPRD kabupaten/ kota, DPRD propinsi hingga DPR-RI. Hal ini menurutnya, telah terjadi diskriminasi atau jurang pemisah yang dalam, karena jumlah penduduk Indonesia kaum perempaun lebih banyak dari kaum laki-laki.
Oleh karena itu, dia mengajak kaum perempuan NTT di Kabupaten Sikka, Ende, Ngada dan Nagekeo untuk memilih perempuan untuk memperjuangkan aspirasi perempuan di DPRD NTT dalam Pileg 17 April 2019 nanti. “Siapa lagi yang akan memperjuangkan nasib kita kaum perempuan kalau bukan kita sendiri. Untuk itu, saya ajak bapa, mama, kakak, adik dan saudara-saudari ku semua kaum perempuan untuk mendukung saya mewakili kaum perempuan di DPRD NTT,” ajak istri dari Siprianus Wawo, pria yang berasal dari Desa Degalea, Nangaroro, Kabupaten Nagekeo ini. (bkr/sfn01)