
SUARAFLORESNET,–HOME Stay Samuel Guest House hadir di Desa Konda Malobha, Kecamatan Katikutana Selatan. Home stay ini didirikan oleh seorang warga lokal untuk mendukung program pemerintah daerah di bidang pariwisata Kabupaten Sumba Tengah. Ada empat kamar di penginapan dengan konstruksi rumah adat Sumba tersebut.
Hadirnya Home Stay Samuel Guest House ini terinsipirasi oleh seringnya sejumlah wisatawan berkunjung menikmati Pantai Harru, Pantai Aily dan sejumlah objek wisata lainnya di tanah Sumba. Selain itu, semakin maraknya penjualan objek-objek wisata strategis di sepanjang pantai Sumba kepada wisatawan asing memotivasi David D. Maneka (56) dan isterinya Sufia Sedu Tegi (40) untuk membangun penginapan sederhana di bibir Pantai Harru pada 26 September 2017 silam. Home stay sederhana ini dibangun dengan bentuk rumah adat Sumba denga atapnya dari alang-alang. Rumah panggung terbuat dari bambu dan kayu ini memiliki empat kamar dan setiap kamarnya dilengkapi dengan spring bed. Harga atau tarif kamar bagi warga asing per hari sebesar Rp. 500.000/orang, sedangkan untuk warga lokal dikenal Rp.250.000/orang. Harga ini sudah termasuk dengan sarapan pagi, makan siang dan makan malam.

Saat ditemui di penginapannya pada Minggu, 10 Maret 2019, pemilik home stay Samuel Guest House, David D.Maneka, mengemukakan, pengelolaan home stay dilakukan tanpa ada bimbingan atau pelatihan terlebih dahulu. Semua dilakukan secara otodidak tanpa ada pengetahuan dan ketrampilan. Gagasan membangun rumah penginapan ini juga disampaikan isterinya Sufia Sedu Tegi (40). Kepada media ini di teras home staynya, Sufia mengemukakan sejarah berdirinya penginapan bermula dari saran teman-temannya di Koalisi Perempuan Indonesia yang ketika ada kegiatan di Sumba mereka berkunjung ke Pantai Harru di desanya. Teman-teman koalisi lalu meminta dirinya untuk membangun home stay agar ketika berkunjung lagi ke Sumba bisa menginap di home staynya. Mendengar saran itu, keesokan harinya, ia bersama suami dan anak-anak langsung mencari kayu dan membangun rumah penginapan tersebut.
Dikisahkan ibu Sufia, pada tahun 2016 dan 2017, dirinya terlibat dalam pelatihan perempuan petani bersama Koalisi Perempuan Sumba. Dari berbagai diskusi dan obrolan selama pelatihan, dirinya dimotivasi untuk membangun penginapan. Salah seorang Koordinator Koalisi Perempuan Indonesia Timur bernama Mimin yang menyarankan dirinya untuk segera memanfaatkan potensi wisata dengan membangun home stay agar bisa meningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Setelah membangun home stay, ibu Sufia memberitahukan kepada ibu Mimin terkait selesainya pembangunan penginapan tersebut. Setelah itu, dua bulan kemudian ada empat orang wistawan asing dari Australia yang datang menginap. Sejak saat itu, setiap bulan selalu saja ada wisatwan seperti dari Australia, Jerman, Thailand dan negara lainnya yang datang berkunjung sekaligus menginap di Samuel Guest House.
Ditanya terkait menu makan yang disajikan, kata ibu Sufia, untuk sarapan pagi terkadang disajikan pisang rebus bersama kopi dan teh dan lainnya. Untuk makan siang dan makan malam disajikan nasi beras campur jagung dan itu juga disukai para tamunya bersama lauk ikan dan sayuran hijau. Ibu Sufia dan suaminya David mengaku tidak ada yang mengajarkan cara mengelola home stay. Sebagai buktinya, saat ditanya apakah ada buku tamu, keduanya menjawab bahwa hingga saat ini tidak ada buku tamu. Akhirnya media ini meminta buku tulis lalu media ini mengajarkan cara membuat buku tamu dan pentingnya tamu dimintai identitasnya seperti passport dan kartu tanda penduduk untuk dicatat di buku tamu termasuk kapan tanggal masuk dan kapan tanggal keluar. Keduanya pun mengerti dan berjanji akan selalu mencacatkan identitas tamu di buku tersebut.
Untuk mendukung pengelolaan home staynya, ibu Sufia dan David menyekolahkan anaknya di sekolah pariwisata. Rencananya saat praktek nantinya, anaknya akan langsung menata home stay tersebut. Selain itu, rencana ke depan pihaknya akan membangun tujuh unit kamar berbentuk cottage sepanjang pantai disertai warung makan dan sumur untuk penyediaan air bersih. Keduanya juga mengaku hingga saat ini belum pernah melakukan promosi home stay. Keduanya heran banyak orang yang sudah tahu keberadaan home staynya.
Ibu Sufia dan suaminya David menambahkan, hingga saat ini home stay belum ada ijin operasional karena pihaknya tidak tahu cara mengurusinya. Selain itu, lahannya belum disertifikasi. Beberapa tahun lalu saat mengurusi untuk sertifikasi tanah rupanya ada pihak atau oknum tertentu yang ingin memperdayainya dimana jika ingin melakukan sertifikasi tanah maka biayanya sebesar enam juta dan harus memberikan satu hektar tanah sebagai imbalan. Atas informasi tersebut, media ini menyarankan untuk berhati-hati karena cara-cara seperti itu sangat tidak benar.
Dua orang wisatwan asal Australia yang ditemui di Wisma Samuel Guest House yakni Mr. Daniel dan Mr. Son Rando, mengemukakan kekagumannya atas pantai tersebut. Menurut keduanya, pantai sangat indah sekali dengan panorama pantai yang hijau dan sejuk. Keduanya berharap di suatu saat bisa membawa keluarga dan merekomendasikan teman-temannya di Australia untuk berkunjung ke Sumba dan bisa menginap di wisma ini. (Penulis: Silvester Nusa)