ENDE, SUARAFLORES.CO—Setiap orang tentu mempunyai kesan dan pesan serta pengalaman tersendiri di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang dirayakan setiap tanggal 2 Mei oleh seluruh rakyat Indonesia. Ada yang senang, ada yang bahagia, namun ada pula yang merasa perihatin dengan kemajuan pendidikan saat ini.
Anggota DPR-RI Ir,Honing Sanny, adalah orang muda yang mempunyai kisah dan asah tersendiri mengenang Hardiknas yang pernah ia alami sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD di Kampung halamannya. Kondisi merayakan Hardiknas waktu itu sudah jauh berbeda dengan saat ini di era modern.
Melalui acun facebooknya, ia menulis kisahnya yang dininilai mahal dan penuh makna untuk pembangunan pendidikan di NTT ke depan.
Berikut kutipan Suara Flores.Co, dari lansiran tulisan yang disampaikan Honing Sanny di akun facebooknya, tertanggal, Senin (2 Mei 2016):
“Setiap tanggal 2 Mei, memori saya terlempar jauh ke masa lampau sewaktu SD di Ende – NTT. Pada masa itu biasanya diadakan banyak kegiatan diantaranya perlombaan cerdas cermat. Menariknya perlombaan cerdas cermat juga melibatkan para guru di semua level pendidikan sebagai peserta dan disiarkan secara langsung melalui RRI. Masyarakat antusias sekaligus sebagai hiburan malam.
Boleh jadi untuk saat ini ada yang tidak setuju dgn acara seperti itu. Bagi saya pribadi justru mendukung karena jangan hanya murid yang diuji namun juga para guru. Dampak langsung dari cerdas cermat antar guru akan mendorong guru untuk kembali buka buku di luar fak-nya.
Mari kita dorong pemerintah NTT untuk menghidupkan lagi budaya kompetisi di dunia pendidikan yang diyakini sebagai investasi jangka panjang yang ideal untuk melepaskan NTT dari kemiskinan.
Dan juga mengajarkan kepada generasi muda tentang semangat kompetisi, fairness, budaya ingin menang namun menerima kalah, dan masih banyak hal positif yang lainnya.
Selamat memperingati HARDIKNAS (Hari Pendidikan Nasional) tgl 2 Mei 2016. Semoga semangat pendidikan Ki Hadjar Dewantoro menjadi obor yang terus menyalakan dunia pendidikan Indonesia.”
Pesan Honing mendapat sambutan komenter dari Nitizen. Peter Pera mengusulkan agar Program Gong Belajar di setiap kelurahan lebih diefektifkan lagi. Teknisnya, mulai jam 7 s/d 8 malam semua pelajar harus berada dalam rumah utk belajar. Jadi tidak ada lagi yang duduk atau nongkrong di jalan/ gang pada jam itu. Dari pihak RT bisa mengambil salah satu warga atau Hansip sebagi petugas untuk mengawasi. Untuk honornya setiap bulan setiap KK wajib menyetor 5 ribu rupiah.
Sementara itu, Muhammad Ahmad meminta Honing tidak cuma mengenang masa lalu, tapi harus melakukan sesuatu untuk pendidikan saat ini. Dia menilai Honing tidak berbuat banyak untuk dunia pendidikan selama menjadi anggota DPR.
Komentar Ahmad, dicounter oleh Peter Pera. Menurut Peter, soal berbuat dan atau tidak untuk dunia pendidikan khususnya di Ende, Honing Sannyi sudah banyak berbuat tapi Honing bukan tipe orang yang tidak pernah mempublikasikan apa yang sudah dia buat.
Menanggapi itu, Vincent Lasar, mendukung penuh pendidikan berbasis karakter. “Saya setuju bung tapi yang kita harus dorong adalah pendidikan karakter bung,” tulisnya.
Sedangkan akun Hans Gore, menyatakan sepependapat dengan Honing Sanny. Terlepas dari makna yang mendasar sebagai peringatan terhadap dunia pendidikan tanah air, juga memupuk dan membangkitkan generasi baru yg terus mencintai pendidikan dan persaingan antar sekolah secara sehat. Tujuan lain setiap sekolah berlomba-lomba menampilkan mutu materi pendidikan , proses dan kurikulumnya masing-masing sebagai terdepan di wilayahnya. (sun/sf/dm)