MAUMERE, SUARAFLORES.NET,–Blantika politik Kabupaten Sikka pasti menoreh sejarah baru dalam ajang pesta demokrasi pemilihan bupati dan wakil bupati tahun 2018. Kehadiran Calon Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo dan Calon Wakil Bupati Sikka, Romanus Woga (Paket Roma) melalui jalur independen menjadi ancaman besar dua tokoh di Nian Sikka Tanah Alok.
Dengan tagline “Roma” dan kostum tempur putih-putih hitam bak Jokowi, Roberto dan Romanus telah membuktikan diri sebagai orang-orang kecil bernyali besar. Roma nampak ngotot dan nekad berjibaku dengan Ansar Rera- Rafael Raga dan Alex Longginus- Stef Say untuk menjadi pemimpin nomor satu dan dua di kabupaten yang pernah luluh -lantah oleh goncangan tektonik ini.
Sejak pilkada langsung di gelar, dalam pemberitaan media, ada beberapa calon yang nekad berjuang dari jalur independen namun tidak berhasil. Mereka terbentur di KPU karena tidak memenuhi syarat pencalonan dan lain sebagainya. Ada pula yang berapi-api maju tetapi kemudian harus menelan pil pahit alias kalah melawan Alex dan Ansar.
Paket “Roma” telah mampu menembus tembok regulasi KPUD dan dinyatakan sah untuk bertarung di ajang pilkada Sikka 2018. Padahal, jika dilihat dari jabatan dan kemampuan dana, Robi dan Romanus tidak sebanding jam terbangnya di politik dengan Ansar dan Alex yang telah menjadi “Guru Besar Politik” di kanvas politik Kota Debu yang konon dijuluki juga Bumi Nyiur Melambai ini.
Baca juga: Ke NTT, Jokowi: Jangan Gunakan Kampanye Hitam Dalam Pilkada
Mengapa Alex dan Ansar dikatakan Guru Besar Politik? Pasalnya, keduanya adalah dua tokoh tua terakhir di era masa transisi demokrasi di Sikka. Sebagai tokoh politik dan birokrat, keduanya lahir dari orde lama ke order baru beralih ke orde reformasi. Keduanyalah yang tersisa dari semua tokoh-tokoh tua yang telah tamat masa jayanya karena usia yang sudah tua.
Pasca era kejayaan Alex dan Ansar, Sikka tentu akan memasuki era baru yaitu era pasca reformasi. Jika saja rakyat Sikka menghendaki adanya regenerasi kepemimpinan baru maka “Roma” bisa menjadi obor perubahan baru yang bakal menciptakan sejarah baru dalam suksesi kepemimpinan di Sikka.
Hal ini bisa terjadi jika saja rakyat tidak ingin lagi tenggelam dan berevoria dan atau bernostalgia dengan kepemimpinan pola lama. Roma tengah bergerak, merayap ke pelosok dengan dukungan 2 partai besar yakni Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Baca juga: Pilgub NTT Harus Lahirkan Pemimpin ‘Quantum Leap dan Progresif’
Mencermati dinamika keterbelahan rakyat Sikka kedalam tiga gelombang besar Ansar, Alex dan Robi, sesungguhnya Roma yang tidak banyak diperhitungkan, kini mempunyai magnet politik yang berdaya tarik tinggi. “Roma kini bukan saja menjadi penyeimbang, penyejuk panasnya perseteruan politik Ansar dan Alex, tetapi bisa menjadi penentu kemenangan Alex dan Ansar. Lebih dari itu, Roma sendiri bisa menjadi batu sandungan bagi Ansar dan Alex yang jam terbang dan kualitas tandingnya sudah ditonton dan dirasakan publik.
Meski dalam berbagai kesempatan kampanye, oleh lawannya, Roma banyak mendapat sindiran, cemoohan dan dianggap sebelah mata karena bermodal KTP, namun hal itu menunjukan Roma dianggap sebagai pemain muda, wajah baru yang akan memimpin Sikka yang sangat mengganggu laju Ansar dan Alex. Apalagi Roma didukung penuh dua partai besar yaitu Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Hatinurani Rakyat yang memiliki taring di pusat.
Ibarat pelita kecil di bukit Nilo, lilin kecil di Kimang Buleng dan obor kecil di Iligai. Sumbu minyak damar di Egon dan nyala lampu kecil Nelayan Palue dan Pemana. Roma si anak muda yang diback up para tokoh politik dan birokrat Kabupaten Sikka dan sejumlah “jembatan rakyat” yang bergerak diam akan benar-benar mengukir sejarah baru di babak pamungkas pasca lolos di KPU Sikka.
Lagi-lagi sejarah itu tidak akan lahir tanpa dukungan besar dari rakyat Sikka. Jika saja hati nurani rakyat Sikka bergerak siang dan malam dengan detak jantung berirama Rock perubahan baru dengan orang baru, maka sejarah itu akan lahir dengan gegap-gempita menuju Sikka Baru bersama Roma.
Namun, andaikata rakyat masih mau kembali dalam gaya kepemimpinan pola lama atau gaya lama, maka sudah pasti regenerasi kepemimpinan belum terjadi. Dengan demikian, sejarah baru gagal lahir dan karena pemenangnya antara Alex atau Ansar.
Setelah itu, generasi baru yang akan menyusul bisa jadi Rafael Raga atau Stef Say, andaikata salah satu dari dua paket tersebut menang dalam Pilkada Bupati Sikka 27 Juni 2018 mendatang.
Haruskah rakyat Sikka terus bersama dua figur lama dimana gaya kepemimpinan mereka sudah diketahui rakyat ataukah harus segera diganti orang baru melalui “Roma” menuju Sikka yang baru dan hebat. KPUD Sikka pun bekerja keras dan meminta pasangan calon bekerjasama agar seluruh pemilih memiliki KTP dan bisa memilih. (sf02).