
VATIKAN, SUARAFLORES.NET,–Anggota Dewan Penasehat Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama, sekaligus Direktur Desk Islam Asia Pasifik, Padre Markus Solo Kewuta,SVD kembali menjelaskan tentang kunjungan Ad Limina para Uskup se-dunia baru-baru ini ke Tahta Suci Vatikan untuk bertemu langsung Paus Fransiskus.
Padre Marco, demikian sapaan akrab Pastor asal Flores, Indonesia ini di lingkungan Tahta Suci Vatikan, mengatakan, yang dimaksudkan dengan kunjungan Ad Limina (Ad Limina Apostolorum) adalah pertemuan para Uskup se-dunia dengan Paus di Vatikan setiap lima tahun untuk saling menginformasi tentang situasi Gereja Katolik paling terakhir.
“Iya, saling meng-update, saling berdiskusi berbagai tema dan issue menyangkut kehidupan Gereja Katolik di negara asal para Uskup dalam kaitan dengan ajaran Gereja dibawah Paus yang ada. Lalu, mencoba mencari penyelesaian berbagai kesulitan di tempat para Uskup, dan lainnya,”ujar Mantan Rektor Institut International Asia-Afrika di Wina Austria ini dalam rilisnya ke Suara Flores.Net, Kamis, (13/06/2019) malam.
Padre Marco lebih lanjut, menjelaskan, selain bertemu Paus, para Uskup juga bertemu dengan Kantor-Kantor Vatikan yang dipilih para Uskup sesuai kebutuhannya. Ia bahkan menyebut, Ad Limina itu dari bahasa Latin yang berarti terbatas. Atau dalam pengertian lainnya, yakni “Menghampiri ambang pintu kedua rasul Agung Petrus dan Paulus yang menumpahkan darah kemartiran di Kota Abadi, Roma pada awal-awal abad masehi.
“Dasar pijakan hukum dari kunjungan Ad Limina, adalah Hukum Gereja Katolik (Codex Luris Canonici/CIC). Khususnya Canon 399 und 400, atau Kanon 208 dari Hukum Kanon Gereja Timur atau Codex Canonum Eccelesiarum Orientalium (CCEO),”tambahnya.
Baca juga: Penuh Gembira Vatikan Terima Kunjungan Ad Limina 36 Uskup Indonesia
Baca juga: Vatikan dan Dunia Arab Sepakat: Berhenti membawa-bawa Tuhan dan Agama
Padre Marco lebih jauh mengatakan, kunjungan Ad Limina itu terjadi setiap lima tahun sekali. Tetapi, tidak ada jaminan 5 tahun sekali. Tergantung dari banyak alasan. Ada yang tepat waktu, ada yang terlambat. Lebih cepat hampir tidak pernah terjadi. Kecuali ada alasan yang sangat khusus.
Pada bagian lain, Dr.Markus Solo Kewuta,SVD menyebutkan, kunjungan ini terjadi per-negara. Setiap negara biasanya memiliki Perhimpunan Para Uskup Katolik. Seperti halnya Indonesia mempunyai Konferensi Wali Gereja Seluruh Indonesia (KWI). Dimana, semua Uskup dari Sabang sampai Merauke masuk didalamnya. Akan halnya dengan undangan untuk kunjungan Ad Limina adalah undangan untuk semua Uskup, sehingga ada kewajiban moral untuk melaksanakannya. Kecuali ada Uskup yang memiliki alasan yang luar biasa untuk tidak bisa hadir.
“Nah, biasanya wajib itu untuk para Uskup aktif. Bagi yang sudah pensiun, tetap terbuka kemungkinan untuk bisa ikut, apalagi masih memegang tanggungjawab tertentu, sekalipun sudah emeritus,”terangnya.

Kunjungan Ad Limina Ke-36 Uskup asal Indonesia di Kantor Dewan Penasehat Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama di Vatikan, Kantor Tempat Bekerja Padre Marco Solo Kewuta,SVD, Anggota Dewan Penasehat Kepausan Asal Indonesia. (Foto:Padre Marco/RBT/SFN)
Dikatakannya lagi, oleh karena dunia ini luas, dan Gereja Katolik hadir di berbagai negara, maka sering terjadi bahwa para Uskup dari dua negara berbeda, melakukan lawatan Ad Limina dalam kurun waktu yang sama di Vatikan. Akan tetapi, program kunjungannya berbeda-beda sehingga tidak saling bertabrakan.
“Misalnya, saat kunjungan Ad Limina Uskup-Uskup Indonesia dengan 36 orang Uskupnya berlangsung, Para Uskup Negara Angola, Afrika dengan ke-18 Uskupnya sedang melakukan hal yang sama. Tentunya, diatur sedemikian rupa sehingga mereka tidak saling bertabrakan. Hanya tempat tinggal para Uskup dari kedua negara ini yang diatur sama,”urainya lagi.
Baca juga: Vatikan Sambut Positif Pembangunan Jembatan Palmera Pancasila
Baca juga: Listrik Padam, Warga Posting Lelucon Hingga Marah-Marah PLN
Lebih lanjut, Padre Marco juga menjelaskan, kunjungan Ad Limina ini dikatakan terbatas karena terjadi hanya dalam waktu satu minggu saja. Alokasi waktu tiap kantor juga terbatas. Maksimal 1 sampai 1,5 jam. Dan, kantor-kantor yang dipilih juga terbatas. Tidak semua Kantor di Vatikan dikunjungi.
“Salah satu unsur terbatas yang lain adalah bawah jumlah peserta Ad Limina pun tidak bisa tanpa batas. Ada negara yang memiliki banyak Uskup, oleh karena negaranya luas dan jumlah Uskupnya pun banyak. Misalnya, Amerika Serikat, Italia Brasilia, Mexico, Philipina dan India. Umumnya, para Uskup dari negara-negara diatas ini dibagi kedalam 2 atau 3 kelompok dengan jadwal kunjungan berurutan. Tidak bisa serentak,”tukasnya.
Untuk Indonesia, Wakil Presiden Yayasan Noastra Aetate yang bermarkas di Vatikan untuk mendidik duta-duta damai seluruh dunia mengatakan, dengan 36 Uskup kali ini, termasuk sebuah jumlah yang sudah ada di tapal batas, karena tidak semua perkantoran memiliki ruangan pertemuan yang bisa menampung orang lebih dari jumlah ini. Puncak dari rangkaian kunjungan Ad Limina tentunya, adalah kesempatan tatap muka dengan Paus, dimana Paus bertemu dengan para Uskupnya dalam suasana sangat terbuka, dekat dan penuh persaudaraan.
Didalam kesempatan tatap muka ini, lanjut dia, Paus, selain mendapat masukan dari para Uskup, juga melayani berbagai pertanyaan, terbuka terhadap segala usul saran. Kadang juga Paus memberikan kesempatan pada para Uskup, minimal 1 kali, untuk merayakan ekaristi kudus secara bersama-sama,”tutup Padre Marco. (RBT/SFN03)