Pertanian Organik Terintegrasi Siapkan Pasokan Pangan Berkelanjutan di Sikka

by -254 Views
Kawasan Pertanian Organik Gesti Sino di Matani, Desa Penfui Timur, Kabupate Kupang (*)

KUPANG, SUARAFLORES.COM,- Kabupaten Sikka adalah salah satu kabupaten potensial di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain memiliki potensi laut, potensi pariwisata dan seni budaya yang unik, Kabupaten Sikka juga memiliki potensi pertanian, peternakan dan perkebunan. Walau memiliki potensi pertanian, peternakan dan perkebunan, Kabupaten Sikka hingga saat ini belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan pangan secara mandiri, seperti beras, jagung, sayuran, buah, bawang merah, bawang putih, telur, daging sapi, kambing, rempah-rempah dan lain-lain. Sebagian besar kebutuhan pangan masih di pasok dari luar daerah, seperti dari Makasar (Sulawesi Selatan), Bima (Nusa Tenggara Barat), dan dari Surabaya (Jawa Timur). Kondisi ini telah berlangsung lama dan belum mampu diatasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka.

Menghadapi kondisi ini, menurut pelaku usaha pertanian organik Provinsi NTT, Gesti Sino, pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sikka harus segera bangkit mengejar ketertinggalan di Sektor Pertanian dengan membangun  sistem pertanian terintegrasi untuk menjawab seluruh kebutuhan pangan rakyat sehari-hari. Dengan pertanian terintegrasi yang berbasis kawasan, seluruh kebutuhan pangan dapat ditanam, dirawat, dipelihara dan dijual setiap hari. Untuk itu, sudah saatnya, Pemerintah Kabupaten Sikka bersama masyarakat petani mengolah lahan-lahan tidur (lahan kosong) di seluruh desa dan kecamatan secara sistematis dan masif dengan konsep pertanian terintegrasi.

“Jadi pertanian terintegrasi itu kita bangun dalam satu kawasan pada satu kecamatan. Dalam satu kecamatan itu ada desa-desa yang menjadi demplot-demplotnya. Misalnya, ada desa yang hanya fokus piara ayam dan telur, ada desa yang fokus tanam holtikultura, ada desa yang fokus ternak kambing, ternak babi, Sapi, dan budi daya ikan air tawar, ada desa yang fokus kembangkan tanaman rempah-rempah. Jadi ketika orang butuh maka semua telah tersedia, tinggal dia mau butuh apa semua ada dalam kawasan itu. Kalau di Magepanda dan Waigete dari dulu sudah terkenal dengan kawasan produksi padi ya tetap dipertahankan, tinggal kita kembangkan pada kecamatan  lainnya untuk pertanian terintegrasi tersebut,” terang Ketua Forum Petani Milenial NTT ini, pekan lalu di Kebun GS Organik, Matani, Kabupaten Kupang.

Dalam pertanian terintegrasi berbasis kawasan ini, lanjut Gesti Sino, harus dikembangkan sistem pertanian dengan konsep ramah lingkungan (pertanian organik). Selain memberikan dampak nutrisi yang natural bagi manusia, juga dapat menjaga keselarasan atau kelanjutnan hidup ekosistem jangka panjang. Jadi dampaknya besar bagi peningkatan gizi keluarga, gizi masyarakat dan juga untuk memenuhi permintaan pasar. Mengenai pasar, menurutnya tidak sulit, selain pembeli datang sendiri ke kawasan-kawasan (kebun-kebun) tersebut, para petani juga langsung dapat menjual ke pasar-pasar lokal maupun pasar-pasar di luar daerah kepada jaringan konsumen yang membutuhkan.

“Apa yang saya paparkan ini saya sudah kerjakan selama ini di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Di sini, saya memiliki tiga lokasi atau titik demplot yang berbeda-beda jenis pangannya. Lokasi pertama di kabun holtikultura Matani ada beragam pangan, mulai dari sayur, buah pepaya, tomat, lombok, terong, ikan air tawar, ternak ayam, kambing, bebek, dan lain-lain. Di Lokasi kedua, ada perkebunan jagung dan kacang hijau, dan pada lokasi ketiga ada peternakan sapi. Ini telah saya kerjakan bertahun-tahun. Pangan- pangan tersebut, selain dibeli langsung warga, juga saya jual keluar daerah dengan Cold Box. Tentunya, harga pangan organik (bebas dari pupuk dan obat-obatan) jauh lebih mahal dari pangan an organik,” kata Gesti Sino.

Pendampingan Para Petani Milenial (regenerasi)

Diterangkan Gesti Sino, dalam membangun pertanian terintegrasi dibutuhkan peran pemerintah  melalui dinas pertanian dan peternakan pertanian sebagai pembina dan fasilitator. Kemudian dibutuhkan juga para pendamping lapangan. Para pendamping ini bisa berasal dari para pegawai penyuluh pertanian (PPL) yang selama ini belum maksimal diberikan peran, juga bisa dari para instrukttur pertanian yang disiapkan pemerintah atau juga berasal dari para instruktur pertanian yang telah berpengalaman dalam usaha pertanian terintegrasi.

“Mayoritas para petani di Sikka adalah orang-orang tua. Para pemuda dan pemudi (kaum milenial) jumlahnya sangat sedikit sekali. Untuk regenerasi petani di Sikka, maka harus dilakukan kaderisasi petani dengan mendorong, merekrut dan membina para pemuda sebagai petani milenial yang harus mulai mengembangkan pertanian yang terintegrasi. Jadi tugas kita sebagai pendamping adalah mendampingi mereka dengan memberikan bekal pelatihan dan pembinaan bagaimana menjadi petani-petani muda yang sukses . Bagaimana mengelola lahan yang baik, membuat bedeng, menyiapkan benih, menanam, merawat dan bagaimana mengemas dan memasarkan serta  bagaimana menggunakan teknologi pertanian yang modern. Mereka juga harus disiapkan menjadi petani-petani yang mandiri, unggul dan tangguh. Bila mereka sudah mampu memproduksi hasil pertanian secara mandiri, maka itu tinggal dikembangkan terus,”papar Gesti Sino.

Ditegaskannya, peluang usaha pertanian bagi kaum milenial sangat menjajikan secara ekonomis. Pasalnya, kebutuhan pangan saat ini semakin hari semakin meningkat pesat. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Sikka sehari-hari dan untuk memenuhi tuntutan pasar, hadirnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto makin mendorong peningkatan kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan yang sangat besar untuk seluruh siswa penerima MBG dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA tentunya tidak mungkin  seluruhnya dipasok dari luar daerah, tetapi dari para petani lokal di Sikka.

Nah,  untuk menghadapi peluang besar program MBG yang akan berjalan selama 5 tahun ke depan, maka sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bangkit dari tidur menangkap peluang emas program MBG yang dicetuskan Presiden Prabowo. Bagaimanakah caranya, yaitu dengan  mengolah seluruh lahan tidur atau lahan kosong dan membangun pertanian terintegrasi berbasis kawasan.   Dengan konsep pertanian terintegrasi, maka semua jenis pangan yang yang dibutuhkan sehari-hari berada dalam satu kawasan bisa berkesinambungan.

“Saya kira dengan produksi pertanian di Sikka yang belum mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari rakyat saat ini tentunya akan berdampak pula dalam ketersediaan stok pangan untuk mendukung program MBG. Sudah pasti untuk jangka waktu tahun pertama ini, jika program MBG masif berjalan di seluruh sekolah, maka para petugas Dapur Umum MBG akan kewalahan dalam menyiapkan stok pangan selama satu tahun ke depan. Bukan tidak mungkin kebutuhan pangan untuk MBG akan didatangkan dari luar. Untuk itu, agar program ini juga berdampak bagi para petani di Sikka, maka kita harus segera mulai membangun proyek pertanian terintegrasi untuk tahun ini, sehingga pada tahun kedua pelaksanaan MBG dan seterusnya kita sudah bisa memetik hasil produksi pertanian dan peternakan dan para petani kita sudah bisa menuai hasilnya. Selain untuk MBH, juga dapat memenuhi kebutuhan pangan warga sehari-hari,” terang Gesti yang telah melatih ribuan petani milenial di seluruh NTT ini.

Dukungan Anggaran Pemda Sikka

Untuk menyukseskan program pertanian demi mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, tentunnya sangat dibutuhkan dukungan pemerintah dalam hal ini peran  besar Bupati Sikka Juventus Yoris Prima Kago yang baru saja terpilih beberapa waktu lalu. Dukungan DPRD Sikka juga sangat diperlukan demi mengalokasikan anggaran yang cukup untuk membangun pertanian, mulai dari tahapan kesiapan SDM, teknologi pertanian, kesiapan lahan, benih, pengolahan produksi pertanian, hingga pemasaran.

Bupati Yoris yang bernergi prima, diharapkan mampu membangun pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat.  Dengan jaringan yang luas, Bupati Yoris tentunya mampu mendatangkan anggaran, mendatangkan teknologi pertanian modern, benih yang cukup, menyiapkan jaringan pasar lokal maupun nasional hingga internasional.

“Sebagai orang muda, saya optimis Bupati Yoris dengan kharismanya mampu menggerakan kaum muda yang saat ini sudah banyak meninggalkan Sikka pergi merantau ke luar daerah. Kaum muda ini harus menjadi target utama karena regenerasi petani muda di Sikka sudah sangat rendah. Untuk itu, peran bupati Sikka sangat dibutuhkan dalam membangkitkan kaum milenial mencintai dunia pertanian,” ujarnya.

Menurut Gesti, membangun pertanian menciptakan begitu banyak lapangan kerja. Selain petaninya, juga dapat membuka lapangan kerja lainnya yaitu menculnya pengusaha atau pedagang produksi pertanian (pengusaha pertanian) untuk memasarkan hasil-hasil pertanian. Nah, apabila Kabupaten Sikka kemudian dijadikan contoh sukses kawasan pertanian terintegrasi, maka sistem tersebut dapat dikembangkan di semua kabupaten di NTT. Bila ini berjalan baik, maka pada tahun 2045, setiap kabupaten mempunyai petani petani muda Indonesia, dan mampu meningkatkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. (korneliusmoanita/sfc)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *