KUPANG, SUARAFLORES.COM,- Kabupaten Kupang telah menjadi satu-satunya kabupaten teristimewa di NTT saat ini karena telah memiliki tiga buah bendungan besar yang dibangun Pemerintah Pusat. Tiga bendungan tersebut, pertama adalah bendungan Tilong, kedua bendungan Raknamo dan ketiga bendungan Manikin. Kabupaten Kupang menjadi kabupaten yang paling istimewa dan beruntung karena memiliki tiga buah bendungan dengan anggran puluhan triliun rupiah itu. Sementara itu, kabupaten lainnya hanya memiliki satu atau dua bendungan bahkan ada kabupaten yang tidak memiliki satu buah bendungan pun.
Adapun sejarah singkat tiga bendungan tersebut, Bendungan Tilong yang terletak di Desa Oelnasi ini dibangun pada tahun 1998 dan selesai di tahun 2001 dan diresmikan oleh Presiden Megawati. Pembangunan bendungan ini untuk mengaliri areal irigasi pertanian seluas 1.484 Ha, dengan debit rencana sebesar 2,23 m3/detik. Selain itu bendungan ini juga dibangun untuk melayani kebutuhan air baku bagi masyarakat Kota Kupang dengan debit sebesar 150 liter/detik.
Kemudian Bendungan Raknamo yang terletak di Desa Raknamo di, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Bendungan ini mulai dibangun pada bulan Desember 2014 dan selesai satu tahun lebih cepat pada 2018 dari target semula tahun 2019. Raknamo akhirnya diresmikan pada 9 Januari 2018 oleh Presiden Joko Widodo. Tujuan pembangunan bendungan untuk mengairi lahan pertanian seluas 1.250 hektare.
Setelah itu Bendungan Manikin yang terletak di desa Kuaklalo Kecamatan Taebenu. Bendungan ini dibangun tahun 2O15 dan ditargetkan selesai pada tahun 2026. Pembangunan bendungan ini untuk menyuplai air baku bagi warga Kota Kupang dan Kabupaten Kupang sebesar 700 liter per detik. Selain itu juga berfungsi untuk mengairi 310 hektare lahan pertanianan. Bila selesai nanti, rencananya Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan bendungan ketiga di kabupaten seluas 5, 137 Km2 ini.
Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Balai Wilayah Sungai ( BWS) NT II, Jhon Frangky Welkis, ST.MT, membenarkan bahwa ketiga bendungan itu berada di kabupaten Kupang. Dua bendungan lainnya yakni Tilong telah lama berfungsi untuk mengalirkan kebutuhan air baku bagi seluruh warga Kota Kupang dan sebagian warga Kabupaten Kupang, dan Raknamo telah beroperasi juga dengan dibangunnya SPAM Raknamo yang telah diresmikan Mantan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu. Sementara itu, bendungan Manikin masih dalam proses penyelesaian dan ditargetkan selesai 2025 tahun depan.
“Ada 3 bendungan di kabupaten Kupang, yautu Tilong, Raknamo dan Manikin. Kehadiran 3 buah bendungan itu bukan saja untuk kebutuhan pertanian tetapi juga yang utama untuk memenuhi kebutuhan air baku dan untuk air minum. Itu yang menjadi terpenting. mengingat kedepan ketersediaan air bersih juga menjadi isu yang utama, terbang Frangky kepada suaraflores.com, Jumad,( 27/12024) di Kupang
Frangky mengatakan, saat ini warga Kota Kupang masih sangat membutuhkan pelayanan air bersih. Sumber air minum warga selama ini hanya bersumber dari bendungan Tilong dan SPAM Kalidendeng di Kota Kupang, Apabila Bendungan Manikin selesai dibangun dan beroperasi maka tingkat kebutuhan air minum yang tinggi akan air minum bersih dapat terpenuhi. Jadi kehadiran bendungan Manikin sangat strategis dalam mewujudkan sistem ketahanan sumber daya air. Sebenarnya dahulu Kabupaten Kupang tidak bertambah bendungannya, tapi karena Bendungan Kolhua tidak jadi dibangun di Kolhua Kota Kupang karena mengalami masalah lahan, maka lokasinya dipindahkan ke Desa Kuaklale Manikin.
Jadikan Kabupaten Lumbung Pangan
Karena memiliki keistimewaan miliki tiga bendungan , para pegiat pertanian di Kabupaten Kupang berharap Kabupaten Kupang harus dapat menjadi kabupaten lumbung pangan bagi Provinsi NTT yang memiliki 5,6 juta penduduk, dimana masih mengalami kekurangan pangan. Diharapkan, dengan sistim ketahanan dan ketersediaan sumber daya air yang berkecukupan dapat dimaksimalkan oleh pemerintah dan para pengusaha pertanian dan warga membangun kawasan pertanian yang luas untuk mewujudkan ketahanan pangan di NTT.
“Kehadiran tiga buah bendungan tersebut tidak boleh hanya menjadi ikon istimewa dan kebanggan saja, tetapi lebih dari itu selain pemenuhan kebutuhan air baku juga harus dimaksimalkan untyk pembangunan kawasan-kawasan pertanian secara meluas. Tentunya, peluang besar menjadikan kabupaten Kupang sebagai slah satu lumbung pangan bagi NTT harus bisa diwujudkan,’ kata Ketua Forum Petani Milenial NTT, Gesti Sino, SP saat dihubungi media ini pekan lalu di Kupang.
“Dahulu kita semua teriak susah air, sekarang kalau air sudah ada laku tidak dimanfaatkan ya sia-sia belaka. Pemerintah harus sudah memiliki grand desain atau master plan untuk menjadikan kabupaten Kupang limbung pangan karena sudah punya tiga bendungan. Lahan- lahan tidur yang belum dibuka dan dikembangkan menjadi areal pertanian harus mulai dibuka dengan sistim pertanian yang terintegrasi,”tambah Gesti lagi.
Untuk diketahui, saat ini Kabupaten Kupang adlah salah satu kabupaten penyokong kebutuhan pangan di NTT. Kurang lebih 500 ribu warga Kota Kupang sangat sangat bergantung dari hasil- hasil pertanian dari Kabupaten Kupang, seperti Padi, Jagung, sayuran dan buah, selain Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS) yang juga adalah penyandang pangan bagi warga Kota Kupang.
Berdasarkan Data NTT Satu Data, saat ini, luas lahan pertanian di Kabupaten Kupang adalah 14.907 hektar. Untuk lahan sawah dan 4.177 hektar untuk lahan kering pada tahun 2022. Luas panen padi di Kabupaten Kupang pada tahun 2021–2023 adalah 16.498 hektar pada tahun 2021, dan 18.609 hektar pada tahun 2023. Kecamatan Kupang Tengah di Kabupaten Kupang merupakan salah satu daerah agraris yang memiliki potensi untuk pengembangan pertanian sub sektor tanaman padi sawah.
Menurut Gesti sang petani organik yang mendunia ini, belum semua lahan lahan kering di Kabupaten Kupang dibuka dan dikembangkan menjadi areal atau kawasan pertanian. Masih terdapat banyak kecamatan yang bisa dikembangkan selain kawasan Kecamatan Kupang Tengah. Sistem pertanian harus dengan demplot- demplot. Jadi ada kawasan pertanian sayuran, buah-buahan, ternak, kawasan budidaya ikan air tawar, dan lain sebagainya.
“Semua ini harus dengan konsep dan rencana yang terprogram secara berkala dan didukung dengan anggaran dan sumber daya petani yang baik. Saya optimis ini bisa berjalan kalau semua kita bisa bekerja sama, tidak boleh pemerintah kerja sndiri dengan proyek oriented. Soal pasar yang selama ini dikeluhkan petani tidakkah susah kalau pihak pemerintah dan pihak pengusaha bekerja sama. Setiap hari semua warga, semua orang butuh makanan, butuh beras, sayuran, buah daging dan ikan. Kebutuhan ini tidak akan berhenti. Jadi usaha pertanian adlah usaha yang paling dan tetap seksi sepanjang manusia hidup,” ujar Gesti.
Koordnasi Antar Sektor
Menanggapi peluang besar bagi kabupaten Kupang menjadi lumbung pertanian NTT, Akademisi Fakultas Teknik Universitas Citra Bangsa ( UCB) Kupang, Ir. Andreas W. Korek,MT, mengatakan, peluang selalu ada dan terbuka bahkan dibuka oleh pemerintah pusat, masalahnya pada koordinasi antar sektor agar semua yang dibangun memberikan manfaat maksimal dari hulu sampai hilir.
Dibangunnya tiga bendungan tersebut,menurut Andre sudah bagus tetapi pasca konstruksi kalau tidak di kordinasikan untuk memaksimalkan potensi dari peluang yang ada maka keberadaan bendungan tidak akan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Berbagai sektor bisa dibangun untuk membuat bendungan ini memberi dampak positif bagi rakyat NTT khususnya masyarakat di Kabupaten Kupang .
“Jadi semua kembali pada koordinasi antar sektor, baik yang ada di Pemprov NTT maupun di kabupaten menjadi kata kunci keberhasilan dari keberadaan bendungan tersebut. Warga harus harus dukung , pemerintah pun mesti peka terhadap persoalan-persoalan yang ada di wilayahnya, ” tegas Kepala Dinas PUPR di era Gubernur Frans Lebu Raya ini, Jumad sore melalui ponselnya. (Bungkornell/ sfc)