Mengais Rejeki di Balik Arang Tempurung, Petrus Raih 15 Juta per Bulan

by -159 Views
Suara Flores

LARANTUKA, SUARAFLORES.NET—Dahulu kala, tempurung tidak dijual atau hanya dijadikan kayu api biasa sebagai pengganti minyak tanah ala tradisional. Saat itu, tempurung dibiarkan begitu saja setelah diambil isi atau dagingnya untuk dijual (kopra,red) atau kebutuhan dapur.

Jaman kian maju, teknologi dan informasi dapat diakses semua orang. Tempurung pun menjadi sangat bernilai karena dapat menghasilkan uang yang sangat banyak seperti yang sedang dilakukan oleh Petrus Kilok, warga Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Usaha Pengolahan Kelapa Terpadu Arang Tempurung atau Briket milik Petrus Kilok dilakukan sejak 2 tahun lalu. Kini usaha tersebut mulai menunjukkan trend positif menatap sukses.

Kepada Suaraflores.net, Petrus Kilok mengaku bahwa usaha tersebut dijalankan menggunakan modal mandiri hingga saat ini. Buah kelapa itu diangkut, dikupas kulitnya, dipanggang dan diambil isinya untuk dijadikan kopra. Batoknya dibakar di dalam drum besi sampai jadi arang tempurung.

Dalam sekali proses pengolahan, ia membeli buah kelapa sampai 30.000 buah. Boru, Lato hingga Tanjung Bunga menjadi daerah incaran Petrus untuk mendapatkan kelapa gelondongan dengan harga Rp. 2.000-2.300/buah.

Baca juga: Belajar di Malaysia, Usaha HS Aluminium Milik Pemuda Flores Kian Meroket

“Proses ini memakan waktu satu sampai lima hari. Saya kirim tiga bulan sekali setelah briketnya terkumpul mencapai 3 ton. “Sekilo dijual Rp5000. Sekali jual mencapai 3 ton dengan laba mencapai 15 juta rupiah. Sementara biaya lainnya seperti pembelian kelapa, biaya transport, upah pekerja sudah ditutup dengan penjualan kopra,” ujaranya.

Menurutnya, usaha ini mudah dan memberi keuntungan besar dengan memanfaatkan potensi di sekitar. Peralatannya pun sederhana atau tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak. Selain itu, produknya pun ramah lingkungan dan sangat cocok untuk masyarakat kota dan pedesaan.

Terkait pemasaran, Petrus Kilok mengaku hanya bermitra dengan CV. Kharisma Jaya Surabaya.

“Biasanya setelah arang tempurung terkumpul mencapai 2 hingga 3 ton, pihak CV. Kharisma Jaya akan datang jemput. Mereka pun langsung beli dengan kopranya. Tiga ribu buah kepala menghasilkan kopranya 5 ton dan arangnya 3 ton,” tandasnya. (Robert).