Markas Prostitusi Terbesar di NTT Ditutup, Walikota Kupang Pecahkan Rekor

by -139 Views

SUARAFLORES.NET,–Di penghujung tahun 2018, warga NTT dihebohkan dengan aksi demonstrasi puluhan pekerja seks komersial (PSK) di Karang Dempel di Kota Kupang. Aksi demo yang asing dilakukan oleh para PSK ini, memprotes kebijakan Walikota Kupang, Jeffri Riwu Kore yang akan menutup lokasi pelacuran terbesar di NTT tersebut.

Aksi demonstrasi di DPRD dan Polda NTT beberapa waktu lalu yang dilakukan para PSK tersebut, memantik perhatian publik yang luar biasa di jejaring media sosial maupun di tengah masyarakat NTT. Seperti biasa, ada kubu-kubuan bak pertarungan politik pilkada, di mana kubuh yang mendukung setuju dengan kebijakan cerdas Walikota Kupang, sementara kubuh yang kontra tidak setuju dengan penutupan tersebut, karena berdampak besar terhadap prostisuti liar yang akan merebak di Kota Kupang, dan akan menaikan lebih tinggi berbagai penyakit sekssual.

Rupanya sang walikota tidak perduli dengan berbagai usulan dan pertimbangan kubuh yang kontra, ia tetap bersih keras memutuskan untuk menutup lokalisasi yang sudah bercokol puluhan tahun itu. Jeffry Riwu Kore, selain ingin menciptakan Kota Kupang yang bersih dari segala penyakit seksual dan menciptakan generasi muda dan warga yang sehat, ia juga ingin agar Kota Kupang berseri dan beriman, tanpa ada markas besar prostitusi Karang Dempel alias KD.

Lebih dari itu, meskipun Jeffry Riwu Kore mengambil sikap tegas tidak berkompromi, ia tidak semena-mena terhadap para PSK yang sudah bertahun-tahun terjun dalam bisnis jual beli seks tersebut. Ia kemudian menegaskan kepada para PSK akan difasilitasi kembali ke daerahnya masing-masing dengan biaya ditanggung Pemkot Kupang kurang lebih Rp5.500.000.000,-hingga kampung halamannya. Para PSK, memang merasa tidak puas karena mereka kehilangan lapangan pekerjaan haram yang sudah menghidupi mereka bertahun-tahun, namun keputusan final sudah diketuk Jeffry, dan tidak bisa ditarik lagi.

Baca juga: Kader Gerindra Sikka: Prabowo Figur Nasionalis dan Pantang Menyerah

Baca juga: Jenazah TKI Asal NTT Bertambah Lagi di Akhir Tahun 2018

Dari penelusuran dan pantauan media ini yang pernah beberapa kali memasuki kawasan KD, diketahui bahwa KD adalah lokalisasi terbesar di NTT yang telah hadir puluhan tahun di pinggir jalan menuju pelabuhan Tenau, Kota Kupang. Lokalisasi yang berada di pemukiman warga itu dihuni oleh berbagai pekerja seks dari luar NTT dan ada pula perempuan lokal, dari gadis-gadis remaja hingga ibu-ibu tua. Dari generasi ke generasi, lokalisasi ini selalu ramai di kunjungi para pria hidung belang, termasuk remaja SMP, SMA dan Mahasiswa. Berdiri kokoh di atas batu karang, meski kumuh dan kotor, tetapi markas seks terbesar di NTT telah menghidupkan para pekerja seks, para pemilik bisnis ini, dan para renteiner, dan warga pedagang kecil, meski pun juga turut memberi kado indah berbagai penyakit manular seksual HIV/AIDS serta kematian.

Baca juga: Dua Wanita Riders Cafe Terjaring Razia Narkotika

Baca juga: 7 Cara Jitu Merangsang Payudara, Getarkan Pasangan Di Ranjang

Dalam catatan sejarah prostitusi NTT, keberadaan lokalisasi ini sudah beberapa kali direncanakan ditutup atas desakan warga. Namun, selalu saja ada hambatan karena ada reaksi penolakan dari sebagian warga lainnya dengan pertimbangan para PSK yang terpencar bebas di tengah masyarakat tidak terkontrol dan akan menebarkan berbagai penyakit seksual dan HIV/AIDS. Seiring waktu berjalan, lokalisasi itu tidak berhasil ditutup, baik oleh para walikota sebelumnya maupun oleh para gubernur NTT. Salah satu tantangannya, bisnis haram yang satu ini pun tidak terlepas dari backing-backingan oknum pengusaha berduit. Baru di era kepemimpinan Jeffry Riwu Kore, lokalisasi yang sudah menyejarah dalam album prostitusi NTT  ini berhasil ditutup meskipun diwarnai dengan aksi demonstrasi para PSK yang viral di media massa Indonesia dan NTT khususnya.

Akhirnya, Jeffry Riwu Kore pun mengharumkan namanya sebagai Walikota Kupang yang berhasil menutup Karang Dempel alias KD. Ia memecahkan rekor dalam perjuangan panjang puluhan tahun untuk membersihkan markas besar prostitusi di Kota Karang itu. Bukan itu saja, Jeffry juga tercatat dalam lembaran sejarah Indonesia bersama Walikota Surabaya, Rismawati yang menutup lokalisasi Dolly yang terbesar di Surabaya dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) yang menutup Kalijodo di Kota Jakarta.  Publik pun memberikan apresiasi kepada Jeffry karena berani membuat kebijakan dan konsisten pada keputusan yang diambil.

Lalu, apakah nanti ada dampak besar dari penutupan itu? Apakah penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS akan punah? Dan Kota Kupang akan bersih dari pelacuran liar? Tentu tidak. Sebagai sebuah kota yang tengah berkembang pesat di berbagai bidang, Kota Kupang ramai di datangi berbagai orang. Salah satu gerombolan gelap adalah para pekerja seks liar dengan kedok ‘Pantai Pijat atau Pijat Tradisional’ yang kini merebak di berbagai lorong dan gang Kota Kupang. Bisnis seks bertameng ‘Panti Pijat atau Pijat Tradisional’ ini pun sudah bertahun-tahun, dan makin marak saat ini.

Baca juga: Buka Kegiatan KBNT PERMASI Kupang, Bupati Sikka Ajak Mahasiswa Gotong Royong Bangun Sikka

Baca juga: Penumpang dan Petugas Wings Air Nyaris Adu Jotos di Bandara Eltari

Para tukang pijat seluruh badan tersebut, pada umumnya dari Jawa dengan patokan harga Rp300.000 sekali pakai atau mungkin sudah naik tarif saat ini. Jangan-jangan setelah KD ditutup, para PSK malah terjun liar dengan berpraktek sebagai tukang pijat seks dan tinggal di berbagai kost atau perumahan warga. Nah, inilah yang menjadi tantangan baru bagi Jeffry Riwu Kore untuk mengambil langkah mencegah prostitusi liar beroperasi bebas di tengah pemukiman warga. Jika tidak keputusan menutup KD sama dengan sia-sia belaka. Itu adalah pekerjaan selanjutnya yang harus dituntaskan.

Meski demikian, terlepas dari pro dan kontra, langah Jeffry Riwu Kore menutup KD patut diacungi jempol. Dengan memulangkan para PSK ke tanah airnya, setidaknya jumpah PSK di Kota Kupang yang aktif  menjadi berkurang, dan turut menyelamatkan keluarga, anak-anak dan kaum remaja dari berbagai penyakit kelamin. Langkah berani nan hebat Jeffry Riwu Kore ini harus ditiru oleh seluruh bupati di NTT. Guna menekan tingginya HIV Aids di NTT, di mana Kota Kupang, Kabupaten Belu dan Kabupaten Sikka sebagai kabupaten tertinggi dalam kasus HIV/Aids. Mudah-mudahan gerakan Walikota Jeffry segera didukung seluruh warga NTT dengan mendorong para bupati dan DPRDnya segera menutup seluruh markas prostitusi di kabupaten masing-masing. Untuk diketahui, seperti diberitkan berbagai media di NTT, Walikota Kupang, Jeffry Riwu Kore resmi menutup KD pada tanggal 1 Januari 2019. Penutupan KD tersebut tertuang dalam Keputusan Wali Kota Kupang Nomor: 176/KEP/HK/2018 Tentang Penutupan Lokalisasi Karang Dempel di Kelurahan Alak Kecamatan Alak Kota Kupang. (by: bungkornell/ sfn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *