SUARAFLORES.NET-–Bagi para pencari kerja (TKI) di seluruh NTT, perempuan maupun laki-laki diingatkan agar berhati-hati jika ada calo-calo TKI yang berkeliaran ke desa-desa merekrut tenaga kerja. Jangan tergiur dengan tumpukan uang, bisa-bisa pulang dari Malaysia tanpa organ tubuh dan badan penuh jahitan.
“Kami ingatkan kepada seluruh pemuda-pemudi NTT yang ingin mencari kerja di luar negeri agar waspada dengan calo-calo liar yang rekrut anda ke Malaysia. Jangan sampai tergiur dengan gaji besar tiap bulan dan anda pun pergi tanpa dokumen resmi melalui lembaga resmi dan pemerintah. Anda bisa pulang tanpa organ tubuh dan badan penuh jahitan,” pinta Stiven Orison salah satu Kolektif Pimpinan Cabang Front Mahasiswa Nasional ( FMN) Kupang, Kamis, (21/7/2016) di Kupang.
Dikatakannya, seruan ini bukan tanpa bukti. Seruan ini untuk menyelamatkan generasi muda NTT dari perbudakan, penjualan manusia maupun organ tubuh manusia seperti yang dialami tiga TKI NTT, Yufrinda Selan, cs. Mereka pulang dengan badan yang sudah dibela-bela penuh jahitan, dari bagian atas sampai bawa. Diduga kuat organ tubuh mereka sudah hilang, bisa jadi diambil untuk dijual belikan para pebisnis organ tubuh.
Dia mengajak, kaum muda NTT yang mayoritas tamatan SD dan SMP, sebaikanya mengurungkan niat untuk pergi menjadi pembantu rumah tangga di negara orang. Biar susah lebih baik bekerja dan berusaha di kampung halaman sendiri, dari pada bermimpi gaji besar dan pulang tanpa nyawa, serta hilang organ tubuh. “Lebih baik hujan batu di negeri sendiri dari pada hujan emas di negeri orang. Semangat kerja keras membanting tulang di kampung halaman sendiri, harus dihidupkan agar kita tidak terjebak pada rayuan calo-calo liar yang membawa kita ke luar negeri dengan seribu janji, dan ketika ada kasus mereka cuci tangan,” katanya.
Munculnya begitu banyak kasus yang telah mengorbakan banyak kaum muda NTT merupakan pukulan, pelecehan dan penghinaan besar terhadap Indonesia dan NTT khususnya. Pasalnya, negara Indonesia yang kaya raya, daerah NTT yang makmur tapi masih menghasilkan para pekerja rumah tangga yang menjadi jongos di negeri kecil Malaysia. “Masa negera kaya kok tidak bisa menghidupi rakyatnya, dan menjual warganya sendiri menjadi pembantu di negara orang dan meraup keuntungan besar dari bisnis TKI,” cetusnya kecewa.
Pemerintah cepat tindak tegas
Dia meminta kepada Presiden Ir. Joko Widodo, Menteri Tenaga Kerja RI, Hanif Dakiri, Ketua DPR RI, Setia Novanto, Kapolri, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Ketua DPRD NTT, Anwar Puageno, segera menyikapi kasus kematian tiga TKI asal NTT, Yufrinda Cs, yang dikirim pulang tak bernyawa dengan penuh jahitah di seluruh tubuh. Kasus ini duduga bukan baru terjadi kali ini tapi sudah berulang-ulang, tapi terkesan didiamkan saja, karena bisnis TKI menguntungkan banyak pihak termasuk negara.
Sementara itu, Anggota DPRD NTT, Kristofora Bantang, mengutuk dan mengecam keras kasus dugaan pencurian organ tubuh tiga TKI NTT.Menurutnya, kasus tersebut adalah bentuk kejatahan kemanusiaan yang telah melanggar HAM. Dia memita para agen pengerah TKI harus bertanggungjawab atas kasus kematian tiga TKI NTT yang dipulangkan penuh jahitan. “Kalau benar terjadi, maka ini adalah kejahatan kemanusian ini. Saya sebagai kaum perempuan NTT sangat mengecam, dan harus diusut tuntas. Agen-agen pengirim TKI harus bertanggung jawab,” tegas Kristofora, saat diminta tanggapannya atas kasus tersebut, Kamis (22/7/2016) di Kupang.
Dilarang buka peti jenasah
Untuk diketahui, kasus dugaan bisnis organ tubuh di Malaysia sudah lama terdengar dan menjadi buah bibir masyarakat NTT. Berbagi indikasi dan modus bisa diketahui dari larangan pihak pengerah atau perusahan di Malaysia saat mengirim jenasah TKI yang meninggal ke NTT. Biasanya, setiap peti jenasah yang sudah dipaku mati tertutup rapat, dilarang tidak boleh dibuka oleh siapapun termasuk pihak keluarga. Padahal, hal ini bertentangan dengan tradisi budaya dan agama orang NTT. Di mana setiap orang mati sebelum dimakamkan harus didoakan dan mendapat penghormatan terakhir dari keluarga.
Larangan membuka peti mati itu pernah dialami oleh sebuah keluarga dari Orgen, salah satu jenasah TKI asal Desa Iligai, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, NTT. Beberapa tahun lalu, Orgen yang bekerja di Malaysia sebagai pengemudi di sebuah perusahan, dikabarkan meninggal karena kecelakaan saat bekerja. Jenasahnya kemudian dikirim ke Kupang dan diterima pihak keluarga cargo Bandara El Tari Kupang. Saat menyerahkan jenasah dalam peti mati berwarna putih yang dikunci mati, pihak pengantar meminta keluarga tidak boleh membuka peti mati. Ada pula beberapa dokumen yang diserahkan termasuk keterangan dokter rumah sakit. Sejak disemayamkan di Kota Kupang, hingga dibawa ke Iligai, Maumere tidak ada orang yang berani membuka peti jenasah. Karena sebagian keluarga merasa tidak puas, maka peti kemudian di buka dibagian kepala, dan tampak wajah Orgen sudah hancur.
Bukan itu saja, salah satu warga Flores Timur, Paulus, beberapa tahun lalu pernah mendatangai redaksi Suara Flores dan mengaduhkan jenasah seorang saudaranya yang dikirim dari Malaysia dalam kondisi tubuhnya juga penuh jahitan. Pihak kelurga sempat melakukan protes, namun karena tidak mempunyai dana dan tidak ada pihak yang membantu, kasus tersebut kemudian lenyap.
Jika diselidiki lebih jauh terhadap setiap TKI yang dikirim pulang, larangan membuka peti jenasah, bukan barang baru. Mungkin karena penasaran dan tidak percaya, pihak keluarga sering marah atas larangan itu. Kasus ini kemudian terbongkar heboh, ketika pihak keluarga Yufrinda Selan,cs berani membuka peti jenasah anak mereka dan menemukan kondisi tubuh yang janggal, dimana sekujur tubuh penuh jahitan. Mereka kemudian menduga organ-organ tubuh Yufrinda Selan,cs, sudah diambil. Mungkin saja sudah diperjualbelikan oleh pihak rumah sakit. (Tim SFC)