SUARAFLORES.NET,- Sosok pria berbadan tinggi, tegap dan hitam manis ini tak sulit ditemui. Kapan saja siapapun dapat berkomunikasi dengan pria kalem yang bergaya sederhana nan santun ini. Anak desa yang lahir pada 30 Oktober 1962 di kampung Wolokoli, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka ini, adalah sosok seorang pekerja keras yang tangguh dan pantang menyerah. Jalan hidupnya, tergolong unik karena mulai membangun karier politiknya sebagai akademisi dan pedagang sampah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam dekapan bukit dan desa yang keras di kampung pencipta periuk tanah terbesar di Sikka (Unu Wolokoli), telah mendorongnya berjuang keras keluar dari situasi sulit. Setelah mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Maumere, Oswaldus meraih gelar insinyur (Ir) pertanian dan master pendidikan (M.Si) di Universitas Gadja Mada, Yokyakarta, dan terbang ke NTT menjadi dosen di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang cukup lama.
Mengajar di perguruan tinggi tersebut, berkat ilmu pengetahuan yang diperolehnya di UGM Yogyakarta, Oswaldus melakukan gebrakan unik dan langka dalam memajukan Universitas Katolik (Unika) Kupang melalui usaha bisnis sampah. Sampah-sampah yang diolah menjadi pupuk cair dan pupuk kering tersebut dikelolah Oswaldus bersama pihak Unika di kawasan tempat pembuangan sampah Alak, Kota Kupang,Nusa Tenggara Timur (NTT).
Alhasil, berkat pun melimpah, dimana sampah-sampah yang sudah menjadi pupuk tersebut diproduksi dalam jumlah besar dan dijual ke berbagai kabupaten/ kota di NTT hingga ke luar daerah, seperti ke Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi para petani. Tak sia-sia perjuangan Oswaldus, miliaran uang masuk ke Unika untuk mendukung kelancaran lembaga pendidikan Katolik tersebut.
Menurut Oslwadus, sebelum ia menjadi staf pengajar di di Unika Kupang, ia sudah menekuni usaha bisnis sampah (pupuk). Meskpun usaha tersebut dalam skala kecil, namun telah sangat membantu ekonomi rumah tangganya. Dari hasil penjualan pupuk yang ia jual ke berbagai pengusaha dan pihak pemerintah, ia memperoleh hasil yang lumayan hingga ia dapat membeli tanah dan membangun rumah, sampai membeli mobil baru. Bahkan, kenangnya, ia bisa gonta-ganti membeli mobil baru berkat sampah-sampah di tumpukan sampah TPA Alak, Kota Kupang.
“Saya lihat sampah tidak dikelolah untuk dijadikan uang. Padahal, sampah itu sumber uang yang bisa menopang ekonomi rumah tangga bahkan dapat meningkatkan PAD. Saya kemudian mulai mengolah sampah-sampah yang dibuang di TPA Alak setiap hari dalam jumlah besar tersebut menjadi pupuk melalui teknologi sederhana yang saya pelajari. Setelah menjadi pupuk ya saya jual melalui jaringan-jaringan yang sudah siap membeli. Terobosan ini menjadi lebih besar ketika saya berada di Unika. Saya cermati salah satu masalah yang menerpa Unika adalah uang, maka saya membantu Unika dengan menyulap sampah menjadi uang di kawasan Alak itu. Hasilnya lumayan, selama beberapa tahun keuangan Unika sangat terbantu dari penjualan pupuk ke berbagai daerah,”ungkap Oswaldus dalam pertemuan dengan Suaraflores.net, beberapa waktu lalu di Kupang.
Jalan hidup setiap orang memang tidak ada yang tahu, hanya Tuhan yang tahu. Melihat ada peluang lain dalam pemilu legislatif (Pileg) 2008, dimana partai-partai baru banyak membutuhkan calon legislatif (caleg), ada begitu banyak dosen Unika terjun ke dunia politik menjadi caleg, termasuk Oslawaldus yang lolos menjadi caleg PPRN. Oslwaldus menjadi caleg DPRD Provinsi NTT dari Dapil V, yaitu Kabupaten Sikka, Ende, Ngada dan Nagekeo. Tak ada yang menyangka tak ada yang mengira, Oswaldus yang samasekali tidak diperhitungkan karena bukan figur kuat dan berpengaruh, lolos dari lubang jarum Pileg 2008 dan menjadi anggota DPRD NTT periode 2008-2014. Ia pun mencengkramkan kuku politiknya di Gedung Kelimutu DPRD NTT sebagai wakil rakyat dan meninggalkan dunia akademika dan dunia bisnis sampah.

Dalam pantauan Suaraflores. Net, selama di DPRD NTT, Oswaldus bukanlah seorang pemain politik hebat, apalagi ia berasal dari PPRN yang disering dijuluki partai gurem (partai kecil). Ia masuk di fraksi gabungan bersama partai-partai kecil lainnya. Melalui fraksi kecil ini, meski tidak sekaliber politisi-politisi dari partai besar, Oswaldus terus menunjukan kualitas peran politiknya lewat kerja politik di DPRD NTT dan karya langsung (nyata) bagi para petani-petani di dapilnya. Menyadari dirinya adalah anak petani, maka ia memperjuangkan dan memberikan perhatian khusus kepada kelompok-kelompok tani, baik yang sudah ada maupun yang ia bentuk di berbagai kecamatan dan desa-desa, termasuk kelompok peternak dan nelayan.
Oswaldus adalah sosok salah satu anggota DPRD NTT yang getol dan sangat rajin turun ke desa. Selain memperjuangkan anggaran bagi petani, peternak dan nelayan di ruang sidang, ia juga banyak menghabiskan waktunya berhari-hari di desa bersama para petani dan peternak. Kadang ia tidur di rumah-rumah warga, kadang ia langsung menemui warga di kebun-kebun mereka, di hutan, maupun di pantai. Di kampung-kampung tersebut, ia banyak berdiskusi tentang sumber daya petani, pengelolaan sumber daya air, pengelolaan lahan pertanian, fasilitas pertanian, cara berternak, pemasaran, dan dukungan atau bantuan modal bagi para petani. Selain itu, ia juga memberikan pelatihan-pelatihan bagaimana membuat pupuk dari ternak maupun dari sampah untuk membantu meningkatkan produksi pertanian warga. Banyak petani sangat terbantu dengan dukungan moril dan material dari bantuan-bantuan Pemerintah Provinsi NTT lewat perjuangkan Oswaldus.
Ketika menjadi anggota DPRD NTT, tersiar kabar bahwa Oswaldus ingin maju menjadi calon bupati Sikka dalam pilkada bupati Sikka periode 2014-2018. Namanya banyak berseliweran di laman media masa dan menjadi perguncingan publik. Partai besar, seperti Partai Gerindra meliriknya untuk didapuk dengan Yoseph Ansar Rera. Sekretaris DPD Gerindra NTT, Gabriel Beri Bina bahkan sangat mendorongnya berpasangan dengan Ansar Rera jika ia bersedia menjadi wakil Ansar. Ia bahkan diundang memaparkan visi dan misi calon bupati dan wakil bupati di Kantor DPC Partai Gerindra Kabupaten Sikka. Lebih dari itu, dalam hasil survey yang dilakukan Partai Gerindra, Oswaldus masuk kategori yang layak disandingkan dengan Ansar Rera. Namun, karena keinginannya yang begitu besar untuk menjadi bupati, maka ia tak mau menjadi wakil Ansar dan akhirnya ia tidak ikut serta dalam pilkada yang dimenangkan Ansar Rera-Paolus Nong Susar tersebut.
Oswaldus tak putus asah.Ia terus menjalankan tugas-tugas mulia bersama rakyat. Berkat kedekatannya dengan para petani, peternak dan nelayan melalui kelompok-kelompok petani yang ia bentuk dan ia dampingi, Oswaldus kemudian kembali terpilih menjadi anggota DPRD NTT melalui senjata partai politik baru, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dalam Pileg 2014. Ia kembali mencatatkan namanya dalam lembaran Negara sebagai anggota DPRD NTT periode 2014-2018. Ia bukan politisi kutu loncat karena partai PPRN yang telah menjadikannya sebagai anggota DPRD NTT mati kartu alias tidak lolos ke Pileg 2014.
Oswaldus di Mata dan Hati Rakyat
Pasca kembali ke DPRD NTT untuk periode kedua, Oswaldus tetap konsisten berjuang memajukan para petani dan kelompok-kelompok ternak dan nelayan yang sudah lama didampinginya. Perjuangan di DPRD NTT untuk meningkatkan anggaran dan bantuan bagi para petani terus ia lakukan. Lewat partai baru (PKPI-red) yang telah mengantarnnya ke kursi DPRD, terus mengalir berbagai bantuan bagi para petani melalui anggaran dan bantuan pemerintah ke desa-desa. Para petani dan nelayan merasa sangat gembira karena berbagai bantuan tersebut sangat meningkatkan usaha mereka.
Sebagai salah satu contoh, seperti disaksikan Suaraflores.net, dalam sebuah kunjungan ke kelompok nelayan di Kecamatan Bola, para nelayan sangat berterimakasih kepada Oswaldus yang telah memperjuangkan dukungan 4 unit kapal motor ikan 3 GT yang diserahkan 2 tahun silam oleh DKPP Provinsi NTT. Petrus Moa, salah satu warga nelayan mengaku bahwa kapal motor yang diterima 2 tahun silam itu sangat membantu dan masih dimanfaatkan sampai saat ini. Dia mengisahkan, sebelumnya mereka menyampaikan kepada Oswaldus bahwa mereka membutuhkan kapal motor untuk meningkatkan hasil tangkapan. Melihat kondisi usaha dan merekam aspirasi itu, Oswaldus meminta mereka membuat proposal untuk diperjuangakan di DPRD NTT dan alhasil kemudian dijawab melalui tangan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT.
“Kapal motornya masih ada. Masih beroperasi sampai saat ini. Kami diminta untuk bentuk kelompok. Setelah kelompok terbentu, kami buat proposal dan kami kirim ke DKP Propinsi NTT. Tidak lama kemudian, kami mendapat 4 kapal motor. Sampai saat ini kami masih pakai. Kami sangat senang dapat bantuan ini karena alat tangkap yang kami miliki seperti perahu atau sampan terlihat sudah sangat tua. Kami sangat bangga karena melalui perjuangan Pak Oswaldus di DPRD NTT, sekarang usaha kami sudah lebih baik,” ungkap Petrus, sang nelayan yang tinggal di bibir pantai selatan itu.
Selain memperjuangkan kebutuhan para nelayan, Oswaldus juga tidak lupa mendorong peningkatan usaha ekonomi kreatif dan usaha ternak sapi, babi dan kaming bagi para ibu rumah tangga di desa-desa. Melalui dana bantuan yang ia fasilitasi tersebut, ia merasa yakin sangat membantu para ibu di desa dalam berusaha. Beberapa waktu lalu, para ibu penerima dana bantuan ternak tersebut, kepada Suaraflores.Net, mengaku sangat gembira karena perjuangan Oswaldus sudah mereka rasakan.
Mama Agustina, salah satu Ketua Kelompok Usaha Ekonomi Kreatif berupa keripik ubi di Kelurahan Madawat, Kota Maumere, mengaku kelompoknya sangat senang karena mendapat bantuan anggaran senilai Rp10 juta. Dana tersebut ia peroleh dari Dinas Sosial Provisi NTT yang difasilitasi Oswaldus. Kelompok usaha kaum ibu rumah tangga ini masih berjalan hingga saat ini.
“Kami kerja gotong royong. Pagi pergi beli ubi di pasar, kemudian proses pembuatannya di rumah secara bersama-sama. Proses pemasarannya kami titip di kios -kios dan sekolah-sekolah. Kadang-kadang di pesan dari luar daerah. Keuntungan dari penjualan kripik ini kami manfaatkan untuk pengembangan usaha. Kalau mendapat keuntungan besar dibagi ke semua anggota sebagai tambahan pendapatan rumah tangga atau untuk kebutuhan dapur,” ungkap Mama Agustina beberapa waktu lalu.
Sebagaimana dikisahkan Oswaldus, hingga saat ini sudah ratusan kelompok usaha rakyat kecil difasilitasi untuk mendapat bantuan anggaran propinsi dalam membangum usaha ekonomi kreatif. Bantuan tersebut, berupa dana usaha dan ternak terealisasi setelah adanya pertemuan bersama masyarakat di sejumlah titik di Kabupaten Sikka dan kabupaten lainnya di Flores. Selain itu, ada pula bantuan – bantuan lainnya, seperti ternak seperti sapi, babi, kambing dan bantuan untuk para nelayan serta para petani. Tentunya, kata Oswaldus, semua permohonan bantuan pasti diakomodir setelah masyarakat membentuk kelompok usaha yang terdiri dari 10 orang dengan memenuhi persyaratan seperti KTP, KK dan menentukan jenis usaha yang akan dijalankan. Inilah sesuil kisah perjuangan Oswaldus dari ratusan kisah sukses selama 10 tahun menjadi anggota DPRD NTT.
Meskipun berada di partai kecil (PKPI) NTT, Oswaldus tidak merasa kecil. Melalui kepasitas dan kewenangannya sebagai wakil rakyat di DPRD NTT, ia memanfaatkan dengan maksimal senjata partai politik yang telah mengantarnya untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Karena perhatiannya yang begitu besar terhadap rakyat yang diwakilinya, Oswaldus mendapat kepercayaan besar dari PKPI NTT untuk kembali maju sebagai Calon Legislatif (Caleg) DPRD NTT. Tidak main-main, PKPI NTT memasang Oswaldus di nomor urut 1 (satu) sebagai Caleg PKPI dari Dapil Sikka, Ende, Ngada dan Nagekeo.

Ditemui Suaraflores.net dalam sebuah kegiatan DPRD NTT di Ibu Kota Negara Indonesia, Jakarta, Oswaldus mengaku dirinya sangat optimis untuk kembali mempertahankan kursi PKPI di DPRD NTT. Atas kerja kerasnya selama 10 tahun terakhir, ia sangat optimis akan terus mendapatkan dukungan dari rakyat yang selama ini telah berjuang bersama dalam menigkatkan usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan ekonomi kreatif. Meski demikian, Putra Wolokoli ini tetap menyerahkan sepenuhnya dan memohon doa restu dari Tuhan dan seluruh rakyat agar apa yang menjadi cita-cita perjuanganya bersama rakyat dapat tercapai pada Pileg dan Pilpres 17 April 2019. Dimana, ia terpilih menjadi anggota DPRD NTT dan Calon Presiden dan Wakil Presiden Ir. Joko Widodo dan- Maaruf Amin terpilih mejadi presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. (bungkornell/sfn02/suaraflores.com)