Dinkes Sikka Lakukan Penguatan Kapasitas Pendamping Ibu Hamil

by -400 Views
Suara Flores

SUARAFLORES.NET – Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka terus melakukan penguatan kapasitas bagi Tim Pendamping Ibu Hamil. Kegiatan penguatan kapasitas dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya menggelar WorkShop. Di balik kegiatan ini, Dinkes Sikka bertekad untuk mencegah angka stunting di Kabupaten Sikka sekecil mungkin.

Cara untuk mencegahnya adalah meningkatkan pengetahuan Pendamping Ibu Hamil (PIH) tentang kesehatan ibu dan anak. Mereka sesungguhnya ujung tombaknya, karena setiap hari berhubungan langsung dengan pasien atau ibu hamil di desa dan kelurahan atau di posyandu-posyandu.

Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya pada ibu hamill dan bayi baru lahir, meningkatkan pengetahuan PIH tentang P4K, meningkatkan pengetahuan PIH tentang perawatan ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir di rumah, dan meningkatkan pengetahuan PIH tentang peran suami dalam mendukung ibu hami, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

“Kita harus lakukan ini secara serius. Saya mengharapkan kerjasama dan kerja cerdas dari para pendamping ibu hamil. Mari kita bersama-sama, bahu membahu untuk mencegah stunting di Kabupaten Sikka,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus dalam membuka kegiatan Workshop di Hotel Pelita pada 22 Agustus 2019.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Martina Pali pada kesempatan itu menjelaskan, kematian serta kesakitan ibu dan bayi masih merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Kematian dan kesakitan ibu dapat terjadi saat kehamilan, persalinan dan nifas. Kesehatan bayi meliputi permasalahan perawatan pasca salin.

Baca juga; Bapelitbang Gelar Workshop Pencegahan Stunting di Sikka

Baca juga: Stunting dan PKTA Mewarnai Peringatan HUT RI 74 Tingkat Kecamatan Doreng

Berdasarkan data hasil survey Demografi Kesehatan Indonesia (2012) menjelaskan bahwa angka kematian ibu (AKI) sebanyak 359 per 100.000 KH dan angka kematian bayi (AKB) sebanyak 32 per 1000 KH dengan estimasi jumlah kematian mencapai 160.681 anak. Kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas serta kaitan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.

Untuk mengatasi hal tersebut, lanjutnya, pemerintah telah meluncurkan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (PAK). Program tersebut harus didukung oleh seluruh komponen masyarakat, salah satunya adalah kades sebagai ujung tombak di masyarakat dalam membantu mendampingi ibu selama hamil sampai dengan melahirkan.

Di Kabupaten Sikka, lanjut dia, kematian ibu pada tahun 2017 sebesar 4 kasus dan kematian bayi sebesar 67 kasus. Penyebab utama kematian ibu adalah karena pendarahan, eklampsia dan infeksi. Sedangkan penyebab kematian bayi (AKB) terbanyak adalah BBLR dan Aspiksia.

Jumlah kematian ibu pada tahun 2017 terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2016 menjadi 4 orang dengan penyebab kematian 2 kasus eklampsia, 1 kasus penyakit jantung dan 1 kasus infeksi. Jumlah kematian bayi juga terjadi penurunan menjadi 67 orang dengan penyebab kematian terbanyak adalah aspiksia. Pada tahun 2018, kematian ibu terjadi peningkatan menjadi 10 kasus dan kematian bayi meningkat meningkat menjadi 80 kasus.

Berdasarkan hasil kajian tim Internal AMP Kabupaten Sikka, menemukan bahwa dukungan keluarga dan masyarakat dalam kehamilan, persalinan dan nifas serta perawatan bayi baru lahir sangat rendah. Hal ini diketahui juga pada hasil monitoring di lapangan pada kegiatan kelas ibu hamil, para suami tidak terlibat pada kegiatan tersebut. Begitu juga dukungan pada saat pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sangat rendah.

“Untuk itu, kita mendorong agar peran para kader dalam memotivasi ibu hamil dan keluarga harus lebih baik. Ini sangat penting sehingga kader perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang peran dan tugas kader sebagai pendamping Ibu hamil di tingkat keluarga. Ibu hamil membutuhkan gizi yang cukup, akses pelayanan yang memadai, dan kesiapan keluarga dalam menyambut calon anak yang dilahirkan,” jelasnya.

Martina mengatakan, peran kader dalam mendampingi ibu hamil dalam melakukan pemerikssaan kesehatan sebagai bentuk deteksi dini dan pencegahan komplikasi kehamilan. Pendamping ibu hamil harus mendata, mendampingi ibu hamil di wilayah kerja sejak hamil sampai dengan menjelang kelahiran. Pemantuan 5 hari sebelum melahirkan sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi ibu dan janin serta mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menghadapi persalinan.

Kegiatan yang melibatkan 141 pendamping ibu hamil (PIH) di 9 puskesmas di Kabupaten Sikka ini berlangsung di Pelita Hotel Maumere selama 2 hari terhitung tanggal 22-23 Agustus 2019. Kesembilan puskesmas terebut antara lain; Puskesmas Waipare, Puksesmas Beru, Puskesmas Kopeta, Puskesmas Nele, Puskesmas Wolomarang, Puskesmas Nita, Puskesmas Koting, Puskesmas Kewapante dan Puskesmas Magepanda.  

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk presentasi dan diskusi dan tanya jawab. Adapun narasumber dalam kegiatan tersebut, yakni Plt Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Pengelolah Anak dan Remaja dan Pengelolah Kesehatan Ibu.

Sejumlah kader atau Pendamping Ibu Hamil menyampaikan apresiasi dan terima kasih pelaksanaanya kegiatan Workshop tersebut. Bagi mereka, kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan agar dapat mengatasi persoalan saat melakukan pendampingan di tengah masyarakat.

“Saya rasa kegiatan ini sangat membantu karena penjelasan langsung ke sasaran. Bisa menjawab tantangan bagi kami saat menghadapi masyarakat. Karena kadang kami kesulitan. Apalagi ketemu dengan warga yang kepala batu dan SDM yang rendah, butuh cara-cara yang sederhana agar mereka terima. Semoga ini menjadi bekal kami untuk menghadapi tantangan di posyandu,” ujar Ibu Ramlan, kader posyandu di Patisomba itu di sela-sela kegiatan. (sfn02).