Kepiawaian Frans Lebu Raya “sang maestro politik” NTT memang tidak diragukan lagi di blantika politik lokal dan nasional bahkan internasional. Kian ditekan dan diserang, sang petarung tangan dingin ini terus geliat menunjukan taringnya meraung keras memperjuangkan ide besar fenomenal melejitkan pembangunan Jembatan dan Turbin Listrik Gonsalu. Pulang dari Negeri Kincir Angin memuluskan rencana, Lebu Raya berhasil menggaet 7 kementerian dan lembaga RI menggelar rapat gesit di ruang Kementerian PUPR Jakarta. Tim kecil berhasil dirakit guna melanjutkan Pancasila Palmerah berturbin listrik. Tidak ada kata stop, kata Lebu Raya memukau simpatik membara.
Di hadapan kurang lebih 50-an peserta rapat dari 7 Kementerian dan Lembaga RI, Lebu Raya menggugah hati nurani dan pikiran seluruh peserta rapat soal betapa pentingnya pembangunan Pancasila Palmerah berturbin listrik oleh perusahaan ternama Tidal Bridge Belanda yang berkapasitas 300 Megawatt (MW) di Larantuka- Adonara, Flores Timur, NTT.
Setelah mendengarkan presentasi cerdas Lebu Raya, tujuh (7) Kementerian dan lembaga, masing-masing Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perhubungan, Kementerian Perikanan & Kelautan, Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPENAS, Kementerian Perekonomian, dan Kementerian Kemaritiman dan Sumber Daya, antusias menyatakan dukungan penuh pembangunan Pancasila Palmerah berturbin listrik.
Pertemuan yang berlangsung akrab dan antusias dari 7 kementerian itu menghasilkan rekomendasi penting dan strategis yakni dibentuk sebuah tim kecil dibawah koordinasi langsung Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dan Investasi Kementerian PUPR, Yusid Toyib untuk menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Fisibility Study (FS), Amdal dan DED, sekaligus mendorong BAPPENAS sebagai komandan dalam menyiapkan kajian Peraturan Presiden (Perpres) terkait fit in tarif listrik tenaga arus laut jika akan dijual ke PLN. Hitungan strategisnya agar target groundbreaking pada tanggal 13 Desember 2016 yang bertepatan dengan hari Nusantara yang dipusatkan di Kabupaten Flores Timur, Lembata dan Alor bisa tercapai.
Dalam pertemuan yang dipantau langsung puluhan awak media NTT dan nasional ini, sempat ada komentar miring yang sifatnya akan menarik ulur atau memperlambat progress perjuangan ini. Bambang, utusan dari kementerian ESDM mencoba untuk berputar-putar mencari jalan lain agar rencana pembnagunan proyek ini dikaji kembali dengan menarik investor lain dari Perancis dan Australia. Dia juga mempersoalkan belum adanya regulasi yang mengatur tentang energi baru dan terbarukan, seperti arus laut. “Saya sudah mendapat surat gubernur NTT yang bertubi-tubi dan saya juga sudah mengikuti beberapa kali pertemuan terkait proyek ini, namun saya tidak terlena dengan rayuan agar proyek ini cepat berjalan. Kita butuh kajian lebih mendalam,” terang Bambang yang mengaku pernah melakukan penelitian ke Alor dan Lembata ini.
Mendengar penjelasan Bambang, wajah Lebu Raya terlihat agak geram langsung meredam aksi silat lidah Bambang yang diduga telah disusupi kepentingan lain. Lebu Raya menegaskan bahwa pihaknya tidak bisa lagi berjalan mundur, karena proyek ini sudah berjalan jauh dan uang rakyat NTT sudah keluar. Menurut dia, yang harus diselesaikan dalam waktu dekat adalah regulasi, dan menurutnya itu tidak sulit. “Kitab suci perjanjian lama saja bisa di rubah ke perjanjian baru, undang-udang saja bisa diamandeman, masa hanya membuat regulasi untuk fit in tarif ko susah. Apakah tidak mau NTT maju berkembang dengan daerah lain?” tanya Lebu Raya menampik Bambang yang tersipu malu-malu kucing.
Ditegaskan Lebu Raya, pembangunan jembatan Pancasila Palmerah dan turbin listrik arus laut berkapasitas 300 megawatt (MW) penting bagi NTT yang sedang mengalami krisis listrik. Selain itu, apabila energi listrik sudah ada, maka ekonomi rakyat tentu bisa meningkat di berbagai bidang. Lebih jauh, lanjut Lebu Raya, tujuan lainnya, juga untuk memotivasi anak NTT maju berkembang. “Sekarang sudah saatnya untuk membangun Indonesia dari NTT. Jembatan Pancasila Palmerah serta Turbin Arus Laut ini akan menjadi ikon dunia. NTT amat butuh energi. Soal investor dan teknologi Tigel Bridge sudah sangat siap,”katanya.
Secara prinsip dan teknis, tambah Lebu Raya, sudah tidak ada hal yang perlu dipersoalkan lagi, tinggal bagaimana tim kecil yang dikoordinir Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR menyiapkan segala hal yang berkenaan dengan FS, Amdal dan DED, dimana Negara harus ikut berperan langsung di dalamnya. “Iyah, sangat aneh jikalau matahari itu terbit di Timur tetapi selalu gelap, sementara bagian barat yang terang terus. Nah, dengan adanya turbin arus laut ini soal energi baru dan terbarukan pasti tuntas, dimana kebutuhan akan energi akan terjawab,” imbuhnya.
Diungkapkannya, Pemerintah NTT sudah mendapat tawaran kerja sama listrik dengan Negara Timor Leste. Pihak pemerintah Timor Leste telah menyatakan siap membantu NTT, secara khusus memasok listrik ke Belu dan Malaka yang gelap gulita tak menentu. Bila saja, Pemerintah NTT mau maka tawaran kerja sama itu akan ditindaklanjuti karena NTT membutuhkan listrik. Namun, kata Lebu Raya, karena merasa bahwa NTT adalah bagian integral dari Indonesia, maka pihaknya meneruh harapan besar pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk NTT. Nah, peluang terbesar itu, kini sedang dibangun kerja sama antara NTT- Indonesia dengan pihak Perusahaan Tidal Bridge yang sudah profesional dalam membangun jembatan berturbin listrik.
Untuk itu, diharapkan dukungan penuh Pemerintah Pusat memuluskan proyek terbesar di Indonesia ini. “Karena kami merasa bahwa kami adalah bagian integral dari NKRI maka kerja sama dengan Timor Leste kami batalkan. Kalau Timor Leste saja mau membantu NTT, sangat aneh kalau Pemerintah Pusat tidak dukung pembangunan NTT,” kata Lebu Raya sinis.
Nah, jika investasi ini sukses maka NTT yang selama ini diberi label Nasib Tidak Tentu akan maju menjadi Nusa Terang Terus yang hidupnya pasti Nikmat Tiada Tara. Bukan seperti selama ini, dimana ‘matahari’ itu boleh terbit di ‘Nusa Tenggara Timur’, tetapi terangnya hanya ada di barat, sedangkan NTT selalu gelap. “Mari kita membangun Indonesia di NTT sebagai bagian integral dari NKRI. Proyek ini tidak boleh dipandang hanya untuk orang NTT saja tetapi untuk Indonesia,”’terang Lebu Raya sambil berguyon yang disambut aplaus meriah seluruh peserta rapat, pekan lalu.
Lanjut Lebu Raya, investasi ini akan membawa manfaat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di berbagai bidang. Salah satunya adalah kebutuhan akan energi listrik di daerah sudah tertanggulangi. Apalagi dengan kapasitasnya yang mencapai 300 megawatt. Angka ini pun sudah sangat membantu memangkas target Pemerintahan Joko Widodo mencapai 39.000 megawatt investasi di bidang energi kelistrikan tahun 2020.
Merasa gerah dengan pendapat Bambang yang mau mementahkan perjuangan Pancasila Palmerah, Kepala Dinas PU NTT, Andre W. Koreh rupanya tak mau diam begitu saja. Ketika diberi kesempatan oleh Dirjen Bina Konstruksi dan Investasi, Yusid Toyib, Andre langsung menembak peluru mautnya menjernihkah aksi kabur air Bambang yang pura-pura tidak tahu dengan proyek yang telah beberapa kali dipaparkan ini.
Menurut Andre, sudah saatnya dibangun Jembatan Pancasila Palmerah dan Turbin Listrik Enargi Terbarukan di Kabupaten Flores Timur. Pentingnya membangun jembatan Pancasila Palmerah dan Turbin Listrik Energi Terbarukan karena ada empat unsur yang memenuhi syarat, yaitu pertama, ada kebutuhan akan jembatan, konektivitas energi, kedua, ada potensi yaitu pariwisata, pertanian, dan energi; ketiga, teknologinya ada yaitu energi terbarukan; dan keempat, investornya ada.
Keempat indikator tersebut, lanjut dia, sudah tersedia. Oleh sebab itu. tidak ada alasan bagi Pemerintah Provinsi NTT untuk membatalkan. “Kenapa kita tolak?” Tanya Andre sambil menegaslan bahwa kalau regulasinya belum ada tentunya harus diadakan karena memang sebelumnya tidak ada. Bila terus menunggu pasti sampai kapan pun tidak ada. Sekarang harus diadakan karena ini hal yang baru.
Dukung Penuh
Meski ada pendapat yang menguji otak dan nyali Lebu Raya dan Andre Koreh, namun semua yang hadir pada akhirnya memberikan dukungan penuh pembangunan Pancasila Palmerah berturbin listrik arus laut. Kepala Badan Kerjasama Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia,Frangky Sibarani menyatakan kesiapan memberilan ijin investasi kepada Tidal Bridge Belanda hanya dalam waktu 3 jam. “Bagi BKPM Republik Indonesia tidak ada alasan untuk tidak mendukung investasi ini. Apalagi, tugas kami jelas yakni menarik investor sebanyak-banyaknya ke Indonesia. Ditambah bidang infrastruktur dan energi baru dan terbarukan justru menjadi prioritas. Apalagi investasi di atas Rp.100 milyar amat diprioritaskan ijinnya. Cukup datang ke BKPM, kira-kira 3 jam saja ijinnya sudah bisa selesai,”papar pejabat BKPM yang hadir dalam forum tersebut.
Selain pihak BKPM, PT. Perusahan Listrik Negara (PLN) pun mendukung penuh proyek turbin listrik arus laut di Flores Timur. Nyoman, utusan PLN dalam pertemuan itu, mengatakan pihaknya sangat antusias dengan terobosan baru dalam bidang energi terbarukan. Bahkan, amat berani ia mengatakan bahwa ini adalah terobosan. Jika belum ada fit in tarif , maka tinggal dibuat aturannya untuk diadakan.
Nyoman yang pernah bertugas di NTT ini mengaku, seluruh rakyat di NTT masih berkekurangan dalam pelayanan listrik. Memang ada beberapa sumber daya terbaru yang dibangun, namun sepenuhnya beroperasi maksimal. Untuk itu, pihaknya mendukung penuh, dan soal tarif tinggal dibicarakan dan disepakati sesuai aturan yang akan dibuat. “Kami dukung penuh. Kami pasti beli dengan tarif yang nanti disepakati. PLN pun yakin bahwa Flores bisa menjadi ikon dunia dibidang energi baru dan terbarukan, karena selain memiliki sumur gas bumi Ulumbu Manggarai, Mataloko juga akan memiliki turbin pembangkit listrik arus laut Gonsalu.
Selain itu, dalam kesempatan itu, dukungan juga disampaikan Pejabat Badan Penelitian Pengembangan Teknologi (BPPT) Irwandi. Dia memastikan jika turbin arus laut Gonsalu Flotim akan menarik banyak investasi karena potensi energinya amat besar. Diungkapkannya, sejak tahun 2008, BPPT melakukan perhitungan dan menemukan bahwa arus lautnya sangat kuat dan potensial. Bisa hasilkan listrik 10 Kwh. Tinggal dilanjutkan ke Dewan Energi Nasional untuk dimasukan dalam klausul Peraturan Presiden (PERPRES) tentang pemanfaatan energi baru dan terbarukan, dimana arus laut Gonsalo Flotim NTT bisa menjadi proyek percontohan. Setelah ditentukan terifnya bisa langsung dijual.
“Kami dukung penuh, karena ini adalah terobosan baru dalam bidang energi baru dan terbarukan. Selama ini, kami sudah uji coba arus laut, namun yang akan dilakukan Belanda ini adalah yang terbesar di Indonesia. Arus laut Gonsalu memang sangat luas biasa akan membangkitkan energi besar untuk pemenuhan kebutuhan listrik,” imbuhnya.
Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah VIII, Ir, KGS. Saiful Anwar, MT, dan Kepala P2JJN NTT, Hotasi yang selama ini diduga tidak proaktif mendukung Pancasila-Palmerah turut mendengarkan paparan cerdas Lebu Raya dan Andre Koreh terlihat diam dan manggut-manggut. Rupanya, mereka mendukung namun malu-malu karena komunikasi tingkat tinggi yang dimainkan Lebu Raya dapat mengerem skenario lain yang dibangun. “Untuk teknis lebih lanjut terkait FS, Amdal dan DED kami serahkan ke Dirjen Bina Marga, kami siap melaksanakannya,” terang Saiful yang berdiri di samping Hotasi.
Jadi Contoh Penentuan Fit in Tarif
Usai pertemuan di Kantor Kementerian PUPR, Selasa (29/3/16) siang, Gubernur Lebu Raya memastikan akan melaporkan kepada Presiden RI, Ir Joko Widodo terkait hasil pertemuan tersebut yang diakhiri rekokoemdasi pembentukan tim kecil untuk merumuskan regulasi. Sementara dari pertemuan terbatas dengan Menteri PUPR, Basuki Hadi Muljono sebelum rapat, Lebu Raya mengatakan bahwa Menteri PUPR sangat mendukung penuh pembangunan turbin listrik arus laut.
Hal serupa juga terungkap dalam pertemuan bersama Menteri ESDM, Sudirman Said, di Jakarta, Selasa malam. Lebu Raya dan Kadis PU, Andre W. Koreh, setelah pertemuan itu menyampaikan bahwa terobosan Pemprov NTT disambut gembira oleh Menteri Sudirman, termasuk langkah tindak lanjut membentuk tim kecil untuk menyiapkan segala sesuatu menyambut groundbreacking tanggal 13 Desember 2016.
“Saran Bapak Menteri ESDM, tim kecil itu tetap dibawah pimpinan Kementerian PUPR, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dan Investasi, Yusid Toyib. Prinsipnya, semangat membangun Indonesia di NTT dan menjadikan proyek Jembatan Pancasila Palmerah serta turbin arus laut sebagai percontohan pengembangan energi baru dan terbarukan. Beliau memberi apresiasi. Beliau akan melaporkan hal ini kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo,”jelas Andre Koreh, di Hotel Ambhara Jakarta Pusat
Untuk diketahui, dalam bulan April 2016 ini, Presiden Jokowi akan melakukan kunjungan ke Eropa. Belanda merupakan salah satu negara yang akan dikunjungi oleh Jokowi. Proyek Jembatan Palmerah dan Turbin Listrik energi arus laut, merupakan salah satu agenda yang akan dibicarakan dalam pertemuan dengan Pemerintah Belanda. (tim/sf)