JAKARTA, SUARAFLORES.NET,–Pemerintah Provinsi NTT dibawa kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi terus melakukan jurus-jurus baru untuk mengatasi masalah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTT di Malasysia yang terus menjadi malapetaka setiap tahun. Menyadari masalah demi masalah yang terus menimpah pekerja migran Indonesia, Pemprov NTT yang diwakili Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi terbang ke Malaysia untuk mengunjungi, melihat para PMI dan memberikan 300 paspor, bertemu Konjen, Dubes RI di Malaysia, Rusdi Kirana, dan Sultan Kelantan.
Usai kepulangannya dari Negeri Malaysia, saat ditemui Suaraflores.net di Jakarta, Sabtu (9/3/2019) di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Wagub Nae Soi menjelaskan tentang berbagai kegiatannya dalam kunjungan ke Malaysia. Dia mengemukan bahwa ada beberapa agenda penting yang ia lakukan, yaitu pertama ia bertemu dengan Konjen dan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Rusdi Kirana di dan membicarakan secara khusus terkait nasib Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTT yang bekerja di Malaysia. Dari pertemuan itu, Nae Soi mengetahui secara detail terkait jumlah PMI NTT yang terdata secara resmi dan berbagai informasi terkait masalah-masalah yang menimpah para PMI NTT.
Kedua, dijelaskan Nae Soi, selain bertemu Konjen dan Dubes Rusdi Kirana, ia juga mengadakan pertemuan dalam rangka membangun kerja sama dengan para pengusaha di Malaysia yang mempekerjakan PMI asal NTT. Dalam pertemuan di Kucing tersebut, hadir puluhan pengusaha yang antusias mendengarkan penjelasan Nae Soi terkait pekerja migran asal NTT yang paling banyak menyumbang tenaga kerja untuk kemajuan negeri Malaysia namun banyak yang mengalami ketidakadilan. Dalam pertemuan itu, Nae Soi menegaskan bahwa semua perusahaan harus berkomunikasi atau koordinasi dengan Pemda dalam mempekerjakan PMI asal NTT. Dan, pihak perusahaan harus memberikan paspor kepada PMI yang paspornya sudah mati. Menyambut baik apa yang disampaikan Nae Soi, pihak perusahaan yang sangat membutuhkan tenaga kerja asal NTT, menyanggupi untuk membangun kerja sama dengan Pemprov NTT. Mereka akan berkunjung ke NTT dalam waktu dekat untuk membangun kerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) di NTT. Perusahan-perusahaan tersebut, kata Nae Soi, terutama perusahan Kelapa Sawit, Konstruksi, dan Manufacturing.
Ketiga, setelah bertemu dengan para pengusaha yang mempekerjaan PMI asal NTT, Nae Soi juga bertemu langsung dengan ratusan PMI NTT. Dalam pertemuan tersebut, Nae Soi menyapa dan berdialog dengan seluruh pekerja yang sudah bertahun-tahun bekerja di berbagai perusahaan di Malaysia. Dari informasi dan data yang ia peroleh ternyata, banyak di antara mereka ada yang tak memiliki paspor dan ada yang parpornya mati dan belum diperpanjang. Untuk itu, Pemprov NTT memberikan sebanyak 300 paspor bagi PMI asal NTT. Pemprov NTT juga berkomitmen terus membangun komunikasi dan kerja sama dengan Konjen, Dubes RI, Sultan Kelantan dan pihak perusahaan agar membantu memperpanjang semua PMI asal NTT yang paspornya sudah mati atau yang belum memiliki paspor. Ia juga menyempatkan diri langsung melihat proses wawancara terhadap PMI dalam perpanjangan paspor.
Keempat, dalam kunjungannya, Nae Soi juga menemui PMI asal NTT, Wilfrida Soik yang sedang menjalani perawatan di Malaysia. Ia mengunjungi Rumah Sakit Jiwa Johor Baru dan menemui dokter rumah sakit yang merawat Wilfrida Soik. Dikatakan Nae Soi, dalam pertemuan itu, ia menyampaikan bahwa Pemprov NTT bersedia memfasilitasi pihak Rumah Sakit Johor Baru untuk berkunjung ke NTT pada tanggal 17 Maret 2019 untuk melihat kondisi rumah dan oran tua Wilfrida. Selain itu, Pemprov juga bersedia membantu pihak rumah sakit untuk meyakinkan ke Sultan Kelantan bahwa Wilfrida sudah pantas mendapat pengampunan dari Sultan sehingga ia dapat pulang ke NTT.
Wagub Nae Soi menambahkan, mengenai komitmen Pemprov NTT terkait moratorium tenaga kerja NTT pasti akan dilakukan. Langkah nyata, sekembalinya dari kunjungan ke Malaysia ia langsung membawa Dato Zainudin, salah satu sahabatnya dari Malaysia yang akan membantu dalam masalah pekerja migran NTT di Malaysia. Dikatakannya, Pemprov NTT juga akan melakukan moratorium mengenai pekerja migran. Pemerintah hanya akan membolehkan jika para pekerja yang mau keluar negeri sudah memiliki dokumen yang lengkap, memiliki kompetensi, memiliki dokumen yang lengkap, agen yang resmi, dan memiliki perjanjian kerja yang jelas. ‘Namun demikian, kami hanya mengijinkan pekerja migran asal NTT 4 tahun bekerja di luar negeri. Setelah 4 tahun bekerja di luar negeri harus kembali ke NTT membangun NTT. Pasalnya, jika semua warga lari dari NTT, maka lama kelamaan di NTT tidak ada orang lagi. Kami akan buktikan melakukan moratorium,” tandasnya sambil memperkenalkan Dato Zainudin, salah satu sahabatnya dari Malaysia. (bungkornell/sfn)