LARANTUKA, SUARAFLORES.NET,–Tinggal 23 hari lagi rakyat Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan memiliki gubernur yang baru. Peta dukungan ke masing-masing pasangan calon (Paslon) bisa mulai dihitung. Siapa yang mampu meraup suara signifikan sudah dapat dibaca. Coba dihitung baik-baik, pemilih Flores, Lembata , Alor 1,5 juta jiwa, pemilih Timor, Rote, Sabu 1,3 juta jiwa, Sumba 530 ribu jiwa. Sementara dari basis agama, pemilih Katolik 1,8 juta jiwa, Protestan 1,2 juta jiwa, Islam 370 ribu jiwa dan sisanya Hindhu, Budha.
Dari peta di atas, maka secara rasional, Paslon Gubernur-Wakil Gubernur NTT kali ini yang lebih berpeluang menang sudah bisa ditebak. Demikian analisis politik yang dilontarkan Politisi Demokrat NTT, Gabriel Suku Kotan,SH.M.Si kepada Suara Flores.Net, saat ditemui di gedung DPRD NTT, Senin, 4 Juni 2018 pagi.
Suku Kotan menandaskan, dari data ini serta kerja-kerja pemenangan yang dilakukan bersama, baik Tim Koalisi Kebhinekaan yang terdiri dari Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) serta Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Paslon Harmoni Dr.Benny K.Harman-Drs. Benny A. Litelnoni, SH. M.Si maupun Tim Relawan Harmoni di seluruh NTT selama ini, pihaknya menyakini jikalau Paslon Harmoni nomor 3 akan memenangi game politik ini.
Fakta politik ini, sebut Gabriel Suku Kotan yang akrab disapa GSK, bukan sekadar isapan jempol. Tapi sebuah kenyakinan politik yang sangat kuat dari Lewo Tanah serta tingkat kecerdasan rakyat dalam memilih Paslonnya.
Menurutnya, rakyat pasti memilih paslon yang peluang menangnya lebih besar ketimbang yang kalah. Apalagi, realitas politik Pilgub NTT kali ini praktis lebih memperlihatkan pertarungan lapangan 3 Calon Gubernur yakni Dr.Benny Kabur Harman, Ir.Esthon L.Foenay,M.Si dan Dr.Viktor Bungtilu Laiskodat pasca Cagub Marianus Sae menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang membuatnya tidak bisa lagi turun kampanye.
Baca juga: Jacky Ully Optimis Viktory-Joss Menangi Pilgub NTT 2018
Ia menyakini, rakyat NTT sudah tahu harus memilih paslon gubernur-wakil gubernur yang punya kans politik terbesar memenangi hajatan politik lima tahunan di NTT ini.
“Saya kira, akal sehat politik rakyat kita sudah sangat cerdas. Mereka pasti lebih memilih paslon yang bukan saja karena visi, misi dan programnya baik, serta memiliki rekam jejak moral politik yang baik, tidak korupsi, tidak amoral tapi lebih dari itu karena punya dukungan basis pemilih yang lebih besar jumlahnya,”pungkas Suku Kotan, Putera Leregere Matahari Terbit Pulau Lembata, Lamaholot ini.
Pengamat Politik NTT dari Universitas Muhammadyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, sebagaimana yang dilansir ANTARANEWS NTT, juga menggarisbawahi hal ini. Menurutnya, jika dilihat dari komposisi pemilih yang ada maka Flores termasuk pemilih terbesar dengan satu calon gubernur. Sehingga jika dilihat dari prespektif politik identitas, maka pasangan Harmoni atau Benny-Benny punya peluang lebih besar menang dibandingkan yang lain.
“Memang, untuk melihat peluang lapangan masing-masing paslon, belum ada hasil survei yang benar-benar menjelaskan peluang diantara empat paslon tersebut, sehingga untuk menganalisis saya selalu menggunakan parameter sentimen lain,”katanya menyakinkan.
Baca juga: Esthon-Chris Siap Buka Pintu Bagi Semua Pengusaha Berusaha di NTT
Meski demikian, sambung Ahmad Atang, dalam beberapa kasus dalam pilkada selalu kuat politik identitas yang mengalahkan politik transaksional. Jika dilihat dari komposisi pemilih maka Flores termasuk pemilih terbesar dengan satu calon gubernur yaitu Benny Harman. Karena siapa yang kuasai Flores dia yang menang. Ini mengingatkan jika pilkada cenderung memperlihatkan politik identitas melawan transaksional.
Ia menambahkan, realitas yang terlihat dari kerja-kerja politik melalui massa kampanye hanyalah sebuah gejalah bukan sebuah kepastian. Kondisi ini karena demokrasi kita adalah demokrasi massa mengambang sehingga banyaknya massa terkadang tidak inheren dengan hasil pemilu. (Roberth/SFN)