Viktory-Joss “Gilas Korupsi,” Birokrat Tak Perlu Cemas

by -80 Views

KUPANG, SUARAFLORES.NET,–Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi (Viktory-Joss) adalah satu-satunya pasangan calon yang paling getol menyuarakan gerakan anti korupsi. Sejak keduanya turun deklarasi dan kampanye, hampir di semua tempat mereka bicara soal sikap tegas anti korupsi.

Dari rekaman Suaraflores.Net, ketika tatap muka dan berpidato di hadapan rakyat, Calon Gubernur Viktor Laiskodat mengaku merasa sangat gerah dan geram selalu mendengar Provinsi NTT dijuluki provinsi korup dan termiskin di Indonesia. Menurut dia, sesungguhnya NTT tidak miskin dan tertinggal jika tidak ada korupsi. Untuk itu, ia memastikan tidak akan sedikit pun mencuri anggaran rakyat untuk kepentingan diri, keluarga dan golongan.

“NTT terus menerus miskin dan tertinggal karena pemimpinnya berjiwa korupsi. Jika seorang pemimpin yang dipilih oleh rakyat melakukan korupsi, maka ia sudah mengkhianati pilihan rakyat. Dan saya pastikan saya tidak akan korupsi bila rakyat percayakan saya memimpin NTT. Saya pastikan tidak ada korupsi bila saya jadi gubernur,” tegas Viktor Laiskodat kepada rakyat dalam berbagai pertemuan.

Ditegaskan Laiskodat, musuh terbesar bagi rakyat miskin NTT saat ini bukan suku dan agama, tetapi korupsi. Jika korupsi masih saja terus terjadi, maka tetap menjadi penghambat cita-cita kesejahteraan rakyat yang diperjuangkan selama ini. Untuk mencegah korupsi di birokrat NTT, maka dirinya bersama Josef Nae Soi berjanji akan menciptakan birokrat yang bersih dari korupsi. Mereka akan menempatkan birokrat bersih, profesional dan patuh pada aturan hukum.

“Kami akan menciptakan birokrat bersih dari korupsi. Kami akan mengontrol dan mengawasi secara ketat kerja birokrat agar tidak terlibat dalam kasus-kasus korupsi yang merugikan rakyat. Musuh bersama kita saat ini adalah korupsi, bukan suku dan agama. Jika kita bersepakat melawan korupsi maka mari bersama-sama bekerja dan berjuang bersama untuk menciptakan NTT bersih, agar kita bebas dari kemiskinan dan julukan provinsi terkorup,” kata Viktor.

Sikap Viktor yang tegas akan menciptakan pemerintahan yang bersih bebas dari korupsi, acapkali ditanggapi negatif oleh berbagai pihak lawan politik. Berbagai isu pun dimainkan seolah-olah Viktory-Joss jika menjadi gubernur dan wakil gubernur akan membersihkan para birokrat saat ini. Seolah-olah pula, Viktor akan memimpin dengan otoriter dan gaya kepemimpinan yang keras seperti preman. Hal ini kemudian membuat ada oknum-oknum birokrat yang mulai ketakutan dan menghembuskan gerakan ‘asal bukan Viktor.” Oleh karena itu, isu agama mulai dimainkan agar Viktor tidak mendapat dukungan dari rakyat Flores.

Baca juga: Gereja yang Miskin untuk Kaum Miskin

Baca juga: Flobamora Inc., Pilgub dan Nasib NTT

Menanggapi berbagai isu negatif dan sikap takut yang mulai merasuki otak birokrat, Calon Wakil Gubernur Josef Nae Soi menampiknya dengan santun dan rendah hati. Dia menegaskan bahwa para birokrat (PNS) sebagai abdi negara tidak perlu merasa takut dan cemas jika berjalan taat pada aturan. Viktory-Joss tidak akan menindak tegas siapapun berdasarkan suku dan agama atau unsur like and dislike. Viktory-Joss mengusung semangat “Tegas dalam sikap, ramah dalam cara.”

“Untuk menciptakan birokrat bersih dari korupsi, kami sudah punya strategi khusus untuk melakukan tindakan pencegahan. Tentunya kami pasti tegas dalam sikap, tapi ramah dalam cara. Dengan demikian, tidak perlu merasa takut dan cemas kalau Viktory-Joss memimpin maka birokrat yang tengah menjabat dan menjalankan tugas saat ini main gonta-ganti sesuka hati. Semua ada aturan atau rambu-rambunya. Prinsipnya, sikap tegas tetap diperlukan oleh pemimpin agar korupsi tidak menjadi batu sandungan bagi percepatan kesejahteraan rakyat,” ujar Staff Khusus Kementerian Hukum dan HAM RI ini, beberapa waktu lalu.

Mendukung gerakan anti korupsi Viktory-Joss, Mantan Ketua Tim Kristo Blasin, Welly Paga, mengatakan, korupsi memang harus secepatnya dicegah agar NTT lebih cepat bergerak maju. Dia mendukung penuh Viktory-Joss yang akan menciptakan birokrat bersih dengan salah satu cara menghentikan ‘fee proyek 10 prosen’ untuk pejabat. Pasalnya, menurut mantan Kepala Kantor Perwakilan NTT ini, jika fee 10 prosen yang sudah menjadi rahasia umum terus dipraktekan, maka akan merugikan rakyat dan pengusaha atau kontraktor. Di satu sisi, si penerima fee meraup untung, namun di sisi lain  kontraktor rugi karena alokasi angggarannya dipotong lagi fee untuk oknum pejabat. Dampaknya, sudah pasti kualitas infrastruktur jauh dari kualitas dan sudah pasti rakyat yang akan rugi besar jika jalan dan jembatan cepat rusak.

Menurut dia, sikap tegas Viktory-Joss mencegah dan melawan korupsi harus didukung oleh seluruh rakyat NTT. Jika rakyat merasa korupsi adalah musuh bersama yang membuat rakyat makin miskin, maka jawabannya harus memilih pemimpin baru NTT yaitu Viktory-Joss yang mempunyai komitmen kuat melawan korupsi karena keduanya bersih dari kasus-kasus korupsi. Menurutnya, rakyat NTT dari Sumba, Timor sampai Flores harus berhenti berpikir gubernur harus orang Timor atau gubernur harus orang Flores.

“Mulai saat ini kita harus berhenti berpikir gubernur NTT harus dari Timor Protestan atau harus dari Flores-Katolik. Kita harus keluar dari penjara suku dan agama dan memilih pemimpin karena komitmen kuat melawan korupsi dan mempunyai program-program bagus untuk kita semua yang mudah dilakukan. Musuh kita saat ini adalah korupsi dan kemiskinan, bukan suku dan agama dan fanatisme sempit yang sudah terbukti merugikan kita. Viktory-Joss adalah figur nasionalis yang berdiri di atas semua golongan dan kepentingan politik. Mereka sudah membuktikan dedikasi dan amal baktinya untuk bangsa dan negara Indonesia, bukan hanya untuk NTT saja. Mari kita berjuang mendukung dan memenangkan Viktory-Joss,” ajak Welly belum lama ini di Kupang.

Senada dengan Willy,  salah satu warga Manggarai di Kupang, Josep Lodovic Dekidau memberikan dukungan penuh kepada Viktory-Joss untuk memimpin NTT lima tahun mendatang untuk membebaskan NTT dari korupsi. Menurut dia, sudah waktunya NTT yang selalu memproklamirkan ‘Provinsi Toleransi dan Taman Mini pluralisme,” menghilangkan sekat-sekat primordial (suku, agama dan golongan) dalam memilih gubernur dan wakil gubernur. Bila rakyat NTT masih terjebak dalam semangat primordialisme, maka sudah pasti setan pun akan dipilih. Karena semangat yang tertanam dalam hati nurani siapapun akan dipilih asalkan dia orang saya. Kalau semangat ini masih dipraktekan dalam pemilihan gubernur kali ini, maka NTT akan kembali ke masa lalu dan tetap menghasilkan pemimpin yang sama saja.

“Kita jangan berpikir lagi gubernur harus orang Timor atau gubernur harus orang Flores. Kalau pola pikir seperti itu masih terus dipertahankan, maka kita pasti akan kembali terpenjara dalam primordialisme dan mempertahakan sematan NTT sebagai provinsi terkorup dan termiskin. Saat ini sudah ada di depan kita Viktory-Joss. Dua orang ini sangat layak untuk kita dukung menjadi gubernur dan wakil gubernur akan datang, karena  mereka rela melepaskan jabatannya di ibu kota negara, hanya ingin membangun NTT lebih cepat maju berkembang tanpa korupsi,” tutup jebolan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero ini. (tim-sft)