Oleh : Don Ara Kian, ST. MT.IAI*
Pemberitaan tentang Tour de Flores sebulan terakhir ini telah banyak menyedot perhatian sebagian besar masyarakat NTT baik yang di Flores maupun di luar Pulau Flores. Hal ini dapat terlihat pada berbagai media baik cetak, elektronik maupun media on line yang menghiasi pemberitaan tentang ivent berskala besar ini.
Betapa tidak akibat kegiatan yang dikemas dalam bentuk wisata olahraga ini telah mengundang pro kontra sebagian sebagian masyarakat di Pulau Flores. Awalnya saya juga bertanya kenapa pemilihan lokasi tour di Flores yang infrastrukturnya masih jauh dari harapan? Pertanyaan yang sama ini suda pasti ada di benak semua calon peserta Tour de Flores. Tetapi kenyataan menunjukan hal yang berbeda, dan sebagai orang Flores yang menolak hadirnya ivent ini harusnya malu. Bayangkan peserta Tour de Flores yang awalnya direncanakan hanya dengan 123 pembalap terus mengalami peningkatan hingga 200 peserta bahkan informasi tebaru peserta tour bahkan mencapai 400 orang.
Dan yang menarik lagi adalah kabar keikutsertaan Lance Amstrong yang pernah menyabet tujuh gelar juara Tour de France pada ivent ini juga bukan isapan jempol belaka. Apa yang menarik dari Flores sehingga sehingga menyedot begitu banyak peserta Tour de Flores layaknya tour de Singkarak, Tour de Langkawi dan Tour de Ijen-Banyuwangi? Jumlah peserta di atas belum termasuk official, sponsor dan tentu para tamu yang hendak menyaksikan langsung ivent bergengsi ini. Dari sisi aktivitas wisata keinginan atau animo yang tinggi dari calon peserta tour maupun wisatawan yang hendak datang pada ivent ini dikenal dengan nama determinasi. Tour de Flores telah membangkitkan determinasi baru dunia pariwisata di Flores dan NTT.
Tour de Flores dan Determenasi serta Motivasi Pariwisata NTT
Dewasa ini kegiatan kegiatan berwisata seakan sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern, berwisata seolah menjadi kebutuhan pokok selain sandang, pangan dan papan. Di prediksikan kegiatan berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, di mana perkembangan penduduk dunia akan memicuh kebutuhan akan refressing akibat dari semakin tingginya kesibukan kerja. Oleh Fandeli (1995:50-51) menyebutukan ada banyak faktor yang mendorong manusia melakukana aktivitas berwisata antara lain : 1) keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang; 2) kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; 3) keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru mengenai masyarakat dan tempat lain; 4) meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinan seseorang dapat dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan kegiatan wisata di luar tempat tinggalnya itulah yang di maksud dengan determinasi. Dalam dunia pariwisata determinasi saja tidak cukup, harus ada motivasi di mana orang yang hendak melakukan kegiatan berwisata harus didorong oleh adanya motivasi, di mana alasan orang melakukan kegiatan berwisata harus ditetapkan dengan jelas dan pasti, semisal berlibur, berobat atau alas an lainya. Melalui kegiatan Tour de Flores ini para peserta diberikan berbagai pilihan dari determinasi dan motivasi tersebut. Pulau Flores memilki hampir semua factor determenisi dan motivasi orang melakukan kegiatan berwisata.
Peluang Baru Pariwisata NTT
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025 telah menetapakn 88 Kawasan Strategis Nasional Kepariwisataan (KSPN), di mana NTT kebagian 6 KSPN, dua di antaranya terdapat di Flores yakni KSPN Pulau Komodo dan Sekitarnya serta KSPN Ende Kelimutu dan sekitarnya. Data menujukan bahwa arus kunjungan wisatawan ke dua KSPN ini bertambah dari tahun ke tahun dan yang menarik adalah minat wisatawan terhadap daya tarik wisata yang ada yakni people and culture. Bagi saya, ini merupakan peluang dan kesempatan pemerintah daerah khususnya di pulau Flores untuk melihat kembali ruang wilayahnya yang beirisi berbagai potensi wisata untuk dijadikan Daerah Tujuan Wisata (DTO) dan Obyek TUjuan Wisata (OTW).
Hal yang paling mungkin dan tidak mustahi untuk di lakukan adalah menyiapkan secara baik ruang wilayah melalui Survei Investigasi dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah di masing-masing kabupaten/daerah dengan memperhatikan KSPN sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pengembangan pariwisata daerah. Beberapa pendekatan menurut James J. Spillane (1994: 28-30) dalam pengembangan dan pembangunan berikut ini kiranya menjadi pembelajaran pemerintah daerah di pulau Flores untuk menanta dan membangun kembali pariwisata daerah. Bahwa saat ini sudah ada spirit dalam bentuk tag line-tag lain, itu saja tidak cukup karena yang paling penting adalah menyiapkan ruang dengan segala potensi dan peluang pengembanganya dengan baik merupakan cara bijak menyikapi kegiatan Tour de Flores sebagai sebuah momentum bangkitnya determenisai dan motivasi dunia pariwisata baru di Flores.
Beberapa pendekatan menurut James J. Spillane (1994: 28-30) dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata dimaksud antara lain sebagai berikut :
- Pendekatan Advocasy ;
Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macam-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh devisa asing yang dibutuhkan bagi pembangunan dan masih banyak lagi.
- Pendekatan Cautionary
Pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata banyak mengakibatkan banyak kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek sosial-ekonomi: seperti menimbulkan lapangan kerja musiman dan kasar (rendahan), mengakibatkan kebocoran devisa asing, menyebabkan komersialisasi budaya, serta menyebabkan berbagai macam konflik.
- Pendekatan Adaptancy
Pendekatan ini menyebutkan agar pengaruh negatif pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang selama ini sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan Negara atau daerah tujuan wisata. Cara berpikir baru ini berdasarkan pandangan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks.
- Pendekatan Developmental
Pendekatan Developmental atau sering disebut pendekatan Alternative ini menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut Dapat dipercaya bahwa perkembangan tersebut sebetulnya mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian juga kehidupan mereka didaerah tujuan wisata. Dengan kata lain bentuk alternative pariwisata ini mempengaruhi jurang pemisah antara hak dan kewajiban dari tamu, tuan rumah dan perantaranya.
Dari beberapa pendekatan di atas, pendekatan yang paling sesuai dengan karateristik potensi wisata di Pulau Flores dan NTT adalah pendekatan Developmental. Keanekaragaman obyek wisata baik alam, budaya dan manusia dengan karaterisitiknya akan menjadi sajian menarik wisatawan di dalam melakukan determinasi dan menentukan motivasi beriwisata di Flores dan NTT. Beberapa survey menyebutkan bahwa factor pendorong terkuat/determinasi dan motivasi orang dalam melakukan kegiatan berwisata adalah faktor alam dan budaya. Artinya artinya potensi alam menempati urutan pertama factor determenias dan motivasi lalu diikuti factor budaya termasuk di dalamnya arsitektur.
Menelisik kekayaan alam pulau yang sering disebut pulau Bunga dari ujung timur hingga ujung barat merupakan sebuah pilihan wisata alam yang akan sangat memacu adrenalin wisatawan. Sebut saja wisata bahari di Flores Timur dan Sikka, danau tiga warnah di Kelimutu kabupaten Ende, wisata 17 pulau di Riung kabupatn Nagekeo, Nasional Komodo di Manggari Barat dan masih banyak lagi kekayaan alam pulau Flores yang dapat dijadikan sebagai obyek maupun tujuan wisata alam. Pulau Flores juga memiliki keanekaragaman langgam Arsitektur yang sudah dan akan menjadi factor determinasi orang melakukan kegiatan berwisata. Saat ini di Pulau Flores telah memilki kurang lebih lima langgam arsitektur vernacular yang memilki daya tarik tersendiri yakni Arsitektur Korke (Lamaholot) di Flores Timur, Arsitektur Lepo di Sikka, Arsitektur Lio di Ende, Arsitektur Ngada (Ngada dan Nagekeo) dan Arsitektur Manggarai (termasuk di dalamanya Waerebo, Todo, Ruteng dan masih banyak lagi sub langgam arsitektur Manggarai baik di Manggarai Barat dan Manggarai Timur).
Sengaja saya menonjolkan dua factor determinasi yang terkuat ini sebagai rujukan bagi pemerintah daerah bahwa potensi dan peluang pengembangan pariwisata daerah akan sangat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekaligus menjadi alternative baru didalam peningkatan APBD. Agar pemerintah daerah tidak gagal fokus dalam upaya peningkatan APBD nya maka hal konkrit yang harus di siapkan adalah merumuskan kembali visi pengembangan dan pembangunan daerahnya, di mana pariwisata menjadi peluang dan tantangan baru yang diyakini akan mendongkrak peningkatan dan penerimaan APBD.
Tour de Flores harus di maknai sebagai kic of dimulainya erah baru dunia pariwisata di Pulau Flores. Ayo ke Flores, Flores Bangkit, Flores Bisa…itulah spiritnya. Semoga ivent ini memberikan gairah dan napsu baru bagi masyarakat di pulau Flores dan pemeritah daerahnya dalam membangun daerah dan manusianya.
Penulis:*Arhitec & Urban Designer Kaprodi Jurusan Arsitektur UNWIRA Kupang, Ketua Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Daerah NTT. Email : anydoncay@yahoo..co.id