NTT Krisis Buah, Harga Buah Mahal, Warga Kecil Tak Sanggup Beli

by -87 Views
????????????????????????????????????

SUARAFLORES.NET,–Sebuah pertanyaan menggelitik dan menohok saat ini, mengapa warga NTT sulit mengkonsumsi buah setiap hari? Jawabannya, harga buah di mayoritas pasar-pasar lokal maupun hypermart, mini market atau alfa mart dan mall-mall sangat mahal. Mahalnya harga buah, membuat warga ekonomi kelas kecil tidak dapat membeli buah setiap hari. Bagi warga kecil satu tahun menunggu musim buah baru menikmati berbagai jenis buah, seperti Nenas, Mangga, Advokat, Sawo, Nangka dan lain-lain.

Warga NTT, secara khusus warga ekonomi kelas menengah ke bawah, sangat sulit dan jarang membeli buah setiap hari. Pasalnya, mereka tidak cukup memiliki uang untuk membeli buah. Bila memasuki rumah-rumah mereka dan melihat meja makan, jarang ditemui ada buah-buahan yang dihidangkan di meja makan ketika santap bersama. Bagi warga, makan buah setiap hari tentunya membutuhkan duit (uang) cukup untuk membeli buah yang harganya dari hari ke hari terus meroket. Kalau pun mereka membeli buah, bisa jadi hanya satu bulan sekali pasca terima gaji atau penjual hasil produksi lainnya.

Bisa dikatakan, saat ini mayoritas warga NTT yang rajin makan buah setiap hari mungkin saja hanya para pejabat daerah, para pengusaha swasta kaya, dan warga yang hidupnya sudah berkecukupan secara ekonomi. Bila memasuki meja makan mereka pasti akan terlihat ada hidangan buah di setiap jam makan. Mengapa? Karena mereka memiliki uang yang lebih dari cukup untuk membeli buah-buahan yang kian mahal dari hari ke hari.

Di Kota Kupang, Ibu Kota Propinsi NTT, terlihat ada begitu banyak pedagang buah yang berjejeran di beberapa tempat, seperti di depan Flobamora Mall, di pasar-pasar, di depan Kantor BPPK Perwakilan NTT, di dekat Kodim Wirasakti Kupang terlihat jejeran berbagai jenis buah yang dijual oleh para pedagang buah dari luar, atau pedagang lokal yang membeli buah dari luar lalu dijual kembali. Coba bayangkan, harga apel per kilogram (5 buah) Rp.25.000,- harga Semangka besar 1 buah berkisar dari Rp40-50 ribu, harga jeruk per kilo gram Rp30.000,-harga lengkeng satu kantong kecil Rp25.000,-anggur kantong kecil Rp25.000,- dan masih banyak jenis buah lainnya yang harganya melangit.

Bila pergi ke Kota Ende, Anda jangan salah mengira semua buah-buah yang dijual di pinggiran jalan dan pasar-pasar dari hasil produksi para petani di Ende. Mungkin saja hanya sebagian kecil yang diproduksi oleh para petani di Ende atau dari Bajawa. Dari penelusuran media ini, begitu banyak pedagang buah di Ende berasal dari Bima, Bali dan Surabaya. Para pedagang ini membawa buah dengan kapal fery dalam jumlah banyak dan memasarkan di Kota Ende. Hal itu tidak bisa dilarang, karena selain pemerintah NTT dan kabupaten/kota tak sanggup memenuhi kebutuhan buah warga, juga karena era perdagangan bebas yang tidak bisa dibatasi.

Di NTT, baru di Kawasan Timor Tengah Selatan (TTS), yang menjadi markas besar buah dan sayuran di daratan Timor. Kabupaten bersuhu dingin ini sejak lama telah menjadi daerah pemasok kebutuhan buah bagi warga Kota Kupang dan sekitarnya. Dulu sangat terkenal ada Apel Soe dan Jeruk Soe yang sangat manis. Mungkin saja sekarang dua jenis buah itu masuh bertahan di kebu-kebun petani. Hasil produksi para petani Soe ini sudah terbukti menembus pasaran luar daerah. Meski demikian, anehnya, tidak semua warga Soe dapat mengkonsumsi buah setiap hari.

Selain   di Soe, bila ke Pulau Flores, Maumere, Ende, Ngada dan Manggarai adalah daerah-daerah potensial yang bisa memproduksi buah dalam skala besar. Namun, sayang seribu sayang, di pulau yang sejuk ini tidak tiap hari warga bisa makan buah. Warga hanya makan buah ketika musim buah yang datang satu tahun satu kali. Jika musim buah datang, buah advokat, buah Nangka, buah Sawo, buah  Salak, buah Mangga, Durian, Nenas dan Pisang berbagai jenis terbuang-buang. Jika sudah tidak laku lagi meski dijual dengan harga murah, buah-buah tersebut oleh petani menjadi makanan bergisi bagi ternak, seperti babi, sapi dan kambing. Jika musim buah sudah lewat, maka warga Flores pada umumnya kesulitan makan buah, kecuali membeli buah di pasaran yang dijual oleh para pedang dari luar.

Bagaimana terobosan yang harus dilakukan pemerintah  dan para petani? Kondisi geografis NTT tidak sama seperti di Pulau Jawa, Bali, Kalimatan, Sumatera dan lain-lain yang memiliki struktur dan kompisi tanah serta musim hujan yang teratur bahkan berkelimpahan hujan.Salah satu kendala utama bagi NTT (Flores, Timor dan Sumba) adalah krisis air. Selain air, masalah lainnya, pemerintah daerah tidak fokus dalam mendampingi para petani buah, dimana sampai saat ini tidak ada pemetaan yang jelas dimana daerah-daerah yang harus menjdi basis tanaman buah-buahan yang bisa dikembangkan berkelanjutan.

Bukan itu saja, jika mau menjadikan NTT “gudang buah,” pemerintah juga harus melakukan terobosan besar bagaimana para petani buah bisa memasarkan hasilnya ke luar daerah. Jangan hanya setiap ada pameran pembangunan sajikan buah-buah enak di setiap stand, tapi ketika buah-buah itu dicari di pasaran tidak ada.  Jika warga NTT setiap hari harus makan buah supaya hidup makin sehat, maka tugas pemerintah harus mendorong warga NTT mulai rajin bertani tanam berbagai jenis buah di seluruh wilayah NTT dan membangun ribuan embung dan bendungan untuk mengatasi krisis air. Semangat “tanam, tanam dan rawat,” tidak boleh hanya sekedar slogan tanpa isi. Pemerintah dan para petani NTT harus malu jika generasinya tidak sehat (kurang gisi atau gisi buruk) karena jarang makan buah. (by,kornelius moa nita)