KUPANG, SUARAFLORES.NET,-Publik Nusa Tenggara Timur (NTT) dikejutkan oleh peristiwa politik terkini, di mana Partai Golkar dan Partai Nasdem yang sudah lama menjalin cinta politik untuk menikah menuju Pilgub NTT 2018, akhirnya bercerai sebelum masuk pelaminan. Pasangan Cagub Jacky Ully dan Cawagub Melky Lakalena yang jauh-jauh sudah berkomitmen bersama kini berpisah. Suhu politik pun kian panas dengan perpecahan kedua politisi itu. Kedua partai pun akan membuka jurus baru untuk menarik parpol lain dalam koalisi baru dengan pasangan wakil baru.
Ada apa kok tiba-tiba Jacky-Lakalena yang sudah tenar di seantero NTT dan populer di berbagai media selama beberapa bulan terakhir mengambil langkah sendiri-sendiri? Apakah memang cinta politik yang terjadi selama ini karena paksaan ataukah hanya sekedar menghibur dan mengelabui publik NTT? Teka-teki misterius ini dijawab dengan berbagai jawaban yang juga tidak pasti kebenarannya. Hal yang pasti, sejak Kamis (9/11/2017) malam, sebagian besar media telah mengabarkan bahwa Jacky dan Lakalena bubar dan gagal membangun hubungan romantis sesuai dengan keterangan masing-masing kubuh.
Romantisme Golkar dan Nesdem yang hampir klimaks melalui rencana deklarasi yang diisukan akan dilakukan pada tanggal 21 Oktober dan 9 November 2017, tidak mencapi orgasme politik. Dua kali gagal mendeklarasikan diri dalam satu paket, diduga kuat ada sesuata hal yang sedang terjadi dalam tubuh kedua partai besar itu. Rupanya, kedua tokoh itu tidak murni lahir dari ketulusan, tapi diduga karena paksaan-paksaan para pihak politisi yang belum matang, atau juga hanya sekedar “pemanasan ranjang.” Tentunya, misteri itu, hanya diketahui kedua pimpinan tertinggi partai.
Apakah fenomena ini hanya sekedar drama politik ataukan sebuah strategi yang dilakukan untuk mematikan langkah politik lawan-lawan mereka. Mungkin ya, bisa juga tidak. Hal yang pasti, saat ini Jacky Ully yang sebelumnya mendukung Alex Ofong menjadi cagub, kini di depak Viktor Laiskodat, sementara itu, Melky Lakalena yang menggusur Ketua DPD II Golkar, Ibrahim Agustinus Medah dan merebut Ketua DPD II Golkar, kini tidak mau lagi jadi calon wakil gubernur lantaran diputuskan partainya untuk maju menjadi calon gubenur.
Dalam siaran pers DPP Partai Golkar, Kamis ( 9/11) malam kemarin, para elit Golkar, memutuskan beberapa point penting yang menegaskan bahwa DPP Golkar memastikan Lakalena maju sebagai cagub dan bukan sebagai cawagub.Dengan demikian, bisa dipastikan kedua partai ini akan mengusung calonnya masing-masing di posisi cagub. Seperti tertulis dalam rilis tersebut, DPP Golkar setelah membahas secara mendalam berbagai perkembangan yang terjadi dan mendengarkan masukan-masukan berbagai pihak maka memutuskan mengajukan Lakalena sebagai cagub NTT. Selanjutnya, DPP memerintahkan segera membangun komunikasi dengan parpol koalisi dan pasangan untuk Lakalena. Point penting lainnya, DPP Golkar juga telah menyampaikan keputusan rapat DPP Golkar tersebut kepada Viktor Laiskoda terkiat kerja sama yang telah terjalin selama ini.
Lalu bagaimana sikap Partai Nasdem? Mengapa tiba-tiba juga mau meninggalkan Golkar? Sekretaris Jenderal (Sekjend) Partai Nasdem, Johnny G. Plate, menerangkan bahwa Viktor ditunjuk partai untuk menjadi cagub NTT. Pasalnya, menurut dia, Viktor adalah figur yang tepat untuk merebut kursi nomor satu di NTT. Menurutnya, dalam waktu singkat, DPP Partai Nasdem akan membangun koalisi dengan parpol-parpol lain.
“Penunjukan Viktor karena dinilai sebagai figur yang tepat untuk maju bertarung memperebutkan kursi nomor satu di provinsi NTT yang berbatasan dengan Timor Leste dan Australia. Selanjutnya, secara cepat DPP Partai Nasdem akan mengambil inisiatif membangun potensi koalisi strategis NTT dengan beberapa partai terkait perkembangan politik tersebut,”katanya seperti dilansir Kompas.com.
Viktor sendiri selama ini tidak pernah membuka suara terkait niatan maju dalam hajatan Pilgub NTT 2018. Dari informasi yang diperoleh media ini, Viktor sebelum mendorong Jacky Ully maju menjadi cagub tunggal dari Partai Nasdem, dia mendorong pula Sekretaris Nasdem NTT, Alexander Ofong bersosialisasi diri. Dan dorongan itu dilakukan Alex Ofong dengan masif. Namun, keputusan DPD Nasdem NTT yang diduga telah disepakati oleh para petinggi Nasdem mendorong Jacky Ully dan Alex Ofong legowo menerima dan mendukung penuh dengan turun mensosialisasikan Cagub Jacky Ully ke seluruh NTT.
Mengenai majunya Viktor, sumber-sumber media ini, menerangkan bahwa walaupun sudah ramai diberitakan, namun hingga detik ini belum ada keputusan resmi. Wacana itu masih didiskusikan secara serius di tingkat DPP.” Belum ada keputusan resmi. Partai masih mempertimbangkan secara serius,” terang sumber. Meski demikian, jauh-jauh hari (dua tahun lalu), Viktor pernah dikabarkan akan maju merebut kursi gubernur NTT pada tahun 2018. Pria kelahiran Pulau Semau yang terkenal garang dan tegas itu, dikabarkan pernah berbicara dengan tokoh politik DPD PDIP NTT, Drs. Kristo Blasin. Bung Viktor, mengajak Kristo maju bersamanya dari pintu Nasdem dan PDIP (koalisi). Selain Kristo, tokoh lainnya yang sempar santer beredar adalah Lusia Adinda Lebu Raya (istri gubernur Frans Lebu Raya). Keduanya dikabarkan pula akan berpasangan dalam koalisi Nasdem dan PDIP. Seiring jalannya waktu, wacana itu berangsur redup.
Manuver Partai Nasdem dan Golkar memang sangat menaikan rating kedua partai tersebut.Kini kedua partai ini menjadi topik panas yang disantap dunia maya (medsos). Sejak berita perpecahan beredar, dunia maya ramai membahas isu-isu seputar terbongkarnya paket Jacky-Lakalena. Menariknya, ada yang percaya dan mulai ancang-ancang mendorong Lakalena dan Viktor masing-masing mengambil pasangannya dan segera deklarasi sehingga mulai jelas berjuang menuju NTT I dan II.
Selain itu, ada pula yang mencurigai perpecahanan antara Golkar dan Nasdem hanyalah sebuah sandiwara yang dimainkan menjelang penetapan cagub dan cawagub dari PDIP yang selama ini mendominasi diskusi publik NTT, baik di media massa maupun di tengah masyrakat.”Wah, itu hanya sandiwara yang dilakukan Golkar dan Nasdem saja agar memberi kesan mereka pecah, supaya menarik partai-partai lainnya mulai atur langkah kembali untuk mendukung Golkar dan Nasdem dan sebuah koalisi besar,” kata sumber media ini, Kamis malam lalu.
Meskipun belum diketahui secara pasti apakah kedua partai besar ini sedang berkonflik internal, yang pasti publik NTT sudah terang benderang membaca bahwa keduanya sudah tidak akur. Mungkinkah perpecahan kedua partai yang sedang berkuasa bersama PDIP dan PKB itu terkait dengan penetapan Ketua DPP Golkar, Setya Novanto yang kembali ditetapkan jadi tersangka dalam kasus E-KTP oleh KPK? Semua masih tertutup rapat.
Melky Lakalena, ketika ditanya media ini di Kantor DPP Golkar Jakarta beberapa pekan lalu, sebenarnya sudah memberi isyarat bahwa Golkar menginginkannya maju sebagai cagub dan bupak cawagub NTT. Namun, demikian, Melky yang baru saja usai mengikuti rapat di DPP Golkar tersebut, secara diplomatis mengatakan bahwa proses dirinya menjadi cawagub belum final dan DPP masih serius membahasnya.” Semua masih berproses, saat ini DPP belum final memutuskan apakah saya di posis cawagub atau cagub. DPP sedang serius membahas itu, yang pasti sudah ada keputusan bahwa saya yang akan diusung untuk maju di Pilgub NTT 2018,” kata Lakalena ketika keluar dari pintu DPP Golkar.
Jika bubarnya paket Jacky-Lakalena ini benar-benar menjadi kenyataan, maka Pilgub NTT bakal makin panas, di mana tiga partai besar akan bertarung ramai merebut kursi gubernur NTT. Partai Golkar, PDIP, dan Nasdem bakal menarik partai-partai kecil lainnya untuk menggenapi kekurangan jumlah kursi mereka. Saat ini, beberapa partai kecil yang belum memutuskan mengusung calon gubernur dan wakil gubernur dalam bentuk paket, yaitu, PKPI, PKB, PKS dan Hanura.
Empat partai (PKPI, PKB, PKS dan Hanura) tersebut akan menjadi penentu bagi tiga partai besar PDIP, Golkar dan Nasdem lolos meraih tiket pilgub. Kegagalan empat partai ini membangun “Poros Baru,’ bisa dimanfaatkan tiga parpol besar tersebut dalam mengusung paket yang dijagokan. Dengan demikian, Pilgub NTT bakal seru diikuti tiga atau bisa saja hanya dua paket, dimana koalisi besar Golkar, PDIP,Nasdem, PKPI, PKS, PKB dan Hanura melawan partai pendukung Prabowo dan Susilo Bambang Yudoyono (SBY), yaitu Partai Gerindra, PAN dan Demokrat..Mengapa demikian? Ya bisa saja sesuai keinginan Presiden Ir. Jokowi bahwa sebaiknya dalam partai-partai pendukung koalisi nasional bersatu dalam mengusung calon demi kepentingan Pileg dan Pilpres 2019 nanti. (korneliusmoanita/sft)