HNSI Flotim Mendorong Pemerintah Gelar Ritual Beri Makan Laut

by -79 Views
Suara Flores

LARANTUKA, SUARAFLORES.NET — Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Flores Timur mendorong Pemerintah Flotim mekukan ritual adat beri makan laut. Ritual ini dimaksudkan menyampaikan rasa syukur atas berkat yang selama ini diberikan oleh laut sekaligus meminta rejeki untuk waktu yang akan datang.

“Ritual ini membuat kita berdamai dengan laut agar senantiasa memberikan hasil tangkapan berlimpah. Bisa dilakukan setahun sekali. Sekaligus bisa menjadi salah satu bentuk wisata bahari yang menarik,” demikian penjelasan Sekretaris HNSI Flotim, Lius Paru dalam diskusi terbatas bersama HNSI Cabang Flotim dan SuaraFlores.Net di Larantuka (18/4).

Ide ini sekaligus sebagai respons serius HNSI Flotim terhadap misi Bupati Anton Hadjon dan Wakil Bupati Agust Boli tentang Selamatkan Laut dan Ikan Flores Timur.

Menurutnya, Dinas Perikanan Kelautan dan Dinas Pariwisata Kebudayaan Flotim jauh lebih baik menggelar ritual adat beri makan laut ketimbang lomba renang di Pulau Waibalun, yang dari sisi manfaatnya untuk selamatkan laut dan ikan Flotim tidak terlalu terasa. Ritual adat beri makan laut ini harus melibatkan seluruh nelayan Flotim serta semua lapisan masyarakat. Termasuk kalangan agama untuk melakukan doa bersama minta berkat ikan dan seluruh hasil tangkapan melimpah.

“Saya kira bupati dan wakil bupati bisa meresponsnya jika ingin misi selamatkan laut dan mendatangkan hasil laut di Flotim,” tegas Lius Paru, yang juga berprofesi sebagai nelayan Pole and Line Flotim.

Baca juga: Nelayan Pole dan Line Desak Pemerintah Perbanyak Bagan

Ia bahkan meminta semua pihak melakukan refleksi dan introspeksi nilai apa dibalik ritual ini ketika dihubungkan hasil tangkapan nelayan Pole and Line yang terus menurun akibat ketiadaan umpan ikan hidup di Flotim. Menurutnya, ada hal yang salah dalam tata kelola manajemen perikanan dan kelautan di Flotim sehingga nelayan terus mengalami masa-masa sulit.

“Ikan Tuna, Cekalang pun tempat mainnya makin jauh diatas 50 mil. Padahal dulunya hanya 20 sampai 30 mil sudah dapat. Ini yang mesti direfleksikan dan butuh bantuan pemerintah untuk mencari solusi bersama,”ujarnya serius.

Ia menambahkan, jika pemerintah ingin Flotim terus berjaya sebagai penghasil ikan mahal seperti Tuna dan Cekalang, maka syaratnya ritual laut. Lakukan ritual adat beri makan laut, perkuat nelayan Pole and Line, perbanyak bagan dan rumpon, serta menata dengan baik kawasan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Amagarapati yang sudah dibangun pemerintah Jepang dengan biaya sangat mahal sekitar Rp. 18 M lebih. (roberth).