Eks Anggota BIN Asal Nagekeo Meninggal Dunia pada Usia 74 Tahun

by -160 Views
Suara Flores

MBAY, SUARAFLORES-NET—Mantan Anggota BAKIN atau BIN Matheus Dhae Deru dikabarkan meninggal dunia di Rumah Sakit Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, NTT, Minggu (18/8/2019) kurang lebih pukul 11:57 Wita. Matheus menderita sakit dan meninggal dunia pada usia 74 tahun bertepatan dengan Hari Ulang Tahun RI yang ke 74.  

Kepergian pria kelahiran Lele Labolewa Nagekeo pada tanggal 17 Agustus 1945 ini meninggalkan istri Megi Siga Sare dan keluarga.

Megi Siga Sare kepada SuaraFlores.Net (18/08) menceritakan bahwa suaminya menderita sakit dan sempat dirawat di Rumah Sakit Aermo. Tak lama berada di Rumah Sakit, Sang Suami dipanggil Yang Maha Kuasa.

“Kami semua dan keluarga berdoa agar Bapa diterima di sisi kanan Yang Maha Kuasa,” ujar Megi Siga.

Siapa Matheus Dhae Deru? Sejumlah sumber menerangkan bahwa Mantan Anggota BAKIN atau BIN Matheus Dhae Deru Mateus adalah sosok yang terkenal luas di seantero NTT dan Indonesia.

Matheus Dhae Deru adalah alumni SMPK Ndao tahun 1965. Setelah tamat di Ndao, ia melanjutkan pendidikan di SMAK Syuradikara hingga tamat tahun 1968. Tamat dari Syuradikara, almarhum diterima bekerja di Penerbit Nusa Indah. Pada tahun 1970 an, ia mengikuti usulan Alm Mgr. Donatus Djagom untuk menempuh kuliah di Publisistik Jakarta.

Namun Matheus tidak menyelesaikan kuliahnya karena tertarik ikut test di BAKIN yang sekarang disebut BIN. Saat itu, ia menjadi bagian dari Romo Beck yang menjalani pendidikan khusus. 

Baca juga; Tarung di Belgia, Atlet Pencaksila Sikka Sumbang Emas untuk Indonesia

Baca juga: Gerakan Pramuka Harus Dapat Mengasah Karakter Generasi Penerus

Istri Matheus, Megi Siga Sare pun menceritakan perjalan hidup almarhum suaminya. Ia mengisahkan bahwa suaminya sempat  menyampaikan permohonan  maaf kepada Mgr.  Donatus karena tidak menyelesaikan kuliahnya. Pada moment itulah, ia meminta ijin pada Uskup Donatus bahwa diri ingin ikut test BIN. Alasannya, test BIN merupakan bagian dari menjalankan pendidikan di bangku kuliah.

“Di BIN, Bapa masuk Bidang Politik Dalam Negri. Di bidang itulah, kariernya mulai dikenal luas,” kisah Megi Siga Sare.

Waktu itu masa Orde Baru. Ada Operasi Khusus/Opsus. Matheus pun mendapat penugasan penugasan khusus. Beliau dikenal dekat dengan banyak kalangan dan tokoh-tokoh nasional.

“Saya masih ingat atasan Bapa waktu itu namanya Yoga Sugama Roestandy,” ujarnya.

Melalui pimpinan Roestandy, ia mendapat tugas sebagai Konjen di Hongkong. Ia dipercaya untuk bekerja di Konjen Hongkong pada tahun 1982 – 1992, termasuk mendampingi Roestandy.

Banyak invenstasi yang digeluti. Ia pun bersahabat dengan sahabat baiknya yakni alm ECW Neloe yang merupakan Dirut Bank Mandiri. Hubungan mereka seperti saudara kandung. 

Megi Siga menambahkah bahwa almarhum Suaminya juga jago main Biliard. Bahkan tingkat master. Di dunia billiard, ia akrab dipanggil Bang Chacha. Karena ketrampilan itulah, ia didorong menjadi manager billiard untuk PON di Palembang. 

“Di ujung tahun 2017, Bapa mengajak kami pulang  kampung Lambo, Desa Labolewa – Aesesa, Mbay. Ia menderita sakit komplikasi. Kami berdoa, semoga kepergiannya yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia ini mendapat tempat di sisi kanan YMK,” ujarnya.

Perwakilan keluarga, Marselinus Ladho menyampaikan terima kasih berlimpah kepada semua keluarga besar Nagekeo yang telah menghantar jenasah alm Matheus dari RS. Aeramo menuju Rumah duka Lambo desa Labolewa.

“Jenazah alm Matheus akan di kebumikan pada Selasa 20 Agustus 2019 di kampung halamannya Labolewa Nagekeo,” ungkap Marsel. (frumen).