LARANTUKA, SUARAFLORES.NET — Gerakan melawan korupsi harus dimulai dari setiap rumah tangga (RT). Generasi penerus harus diajarkan nilai-nilai moral anti korupsi sejak dini. Sebab tidak ada pelaku korupsi yang tiba-tiba melakukan korupsi. Ada sembilan nilai moral anti korupsi sebagai jurus cegah korupsi dari rumah tangga, yakni kejujuran, kedisiplinan, kegigihan, keberanian, kepedulian, keadilan, kerjasama, kesederhanaan dan tanggung jawab.
Demikian disampaikan Maria Kresentia dan Ajeng Wirdaningsih, Aktivis Gerakan ‘Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK), saat tampil dalam Diskusi Santai Membangun Keluarga Anti Korupsi, pada moment Festival Desa Anti Korupsi di Desa Lewotobi, Ile Bura, Flores Timur. Kegiatan yang berlangsung, Minggu (9/12/2018), terlaksana berkat kerjasama Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Pemerintah Desa Lewotobi.
Di hadapan ratusan warga Lewotobi, Maria menjelaskan bahwa korupsi tidak terjadi secara tiba-tiba. Dia berevolusi. Watak dan perilaku seseorang itu biasanya terbentuk sejak dari masa kecil, masa muda, dewasa hingga bisa terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Oleh karena itu, perlu ada gerakan bersama menghentikan produksi korupsi sejak dari dalam rumah. “Gerakkan ini sedang dikampanyekan SPAK sepanjang waktu dari daerah ke daerah,” ujar Maria.
Baca juga: Siapakah Andreas Hugo Pareira ?
Baca juga: Golkar Target Raih 2 Kursi, Mekeng: Saya 200 Ribu Suara di Pileg 2019
Baca juga: Tarung Nasdem di NTT Satu, Siapa Pemenangnya?
Sembilan nilai moral anti korupsi itu, lanjut Maria, akan bisa menjadi kekuatan besar untuk menghentikan korupsi, jikalau terus digerakan, disosialisasikan secara bersama.
“Jika rumah kita bersih dari korupsi, maka lingkungan desa kita pasti menjadi bersih dan kampung kita menjadi kampung yang jujur. Sebaliknya, banyak pejabat terlibat korupsi karena rakus dan tuntutan kebutuhan di rumah tangganya. Misalnya, terjadi korupsi dalam perkawinan anak, kebutuhan suami-istri atau banyaknya keinginan anak-anak,” pungkas Maria
Hal lain dijelaskan Ajeng Wirdaningsih bahwa langkah pencegahan oleh SPAK dilakukan bersama ICW, pemerintah dan KPK. SPAK mempunya target memberikan penguatan nilai-nilai moral anti korupsi kepada keluarga serta membentuk agen-agen SPAK di daerah, termasuk Sikka dan Flotim. Diharapkan banyak perempuan yang mau terlibat bersama SPAK melawan korupsi.
“Di Makasar, relawan SPAK sudah lebih dari 5.000 orang. Mereka cukup semangat untuk terus berkampanye mencegah korupsi dari rumah tangga, ” ujarnya.
Perempuan Lewotobi yang diwakili Eta Hokeng, merespons positif kehadiran SPAK. Menurutnya, materinya yang diberikan SPAK seperti permainan game yang mudah dimengerti.
“Kita senang mendapat pengetahuan gratis dari SPAK. Kiranya ini menjadi tugas besar kita semua dalam upaya mencegah korupsi dari rumah tangga,” ujarnya. (roberth).